"Kamu ingin tahu siapa orangnya?" Aku mengangguk pasti. "Farida," jawab Habib menatap lurus padaku.
Pandanganku langsung teralihkan, dari yang semula menatap Ali kini berubah menatap Habib. Terkejut? Jelas! Aku bahkan tidak pernah menduga bahwa nama adikku sendiri yang akan Habib sebut sebagai orang yang dia duga menjadi dalang penembakan ini.
Bibirku bergetar, ingin mengatakan bahwa itu tidak mungkin, tapi keterkejutanku melebihi rasa tidak percayaku terhadap perkataan Habib. Sampai-sampai lututku ikut lemas dan tak bisa bereaksi apa-apa.
"Mas yakin kamu tidak percaya dan berpikir bahwa Mas mengada-ngada. Tapi Mas tidak akan sembarangan menuduh orang tanpa bukti. Dan semua bukti mengarah pada Farida, jadi apa lagi yang harus di ragukan?" tutur Habib masih menatap ku.
Di situ, bibirku terus terkatup. Hanya sepasang telinga kanan dan kiri yang terus terbuka untuk mendengarkan setiap perkataan dari Habib. Lututku yang lemas membuat tubuh ini luruh ke lantai.