"Sah!"
Hatiku bergetar hebat saat suara itu mendengung keseluruh rumah. Detik ini Habib resmi menikahi Aisyah. Air mataku jatuh dengan begitu deras, bersamaan dengan detak jantung yang lemah.
Dan Bunda menggenggam tanganku dengan kuat. Mereka terus menangis sepanjang acara akad berlangsung. Terutama Umi, dia nampak begitu merasa bersalah. Berulang kali dia mengucap kata maaf dan ampun padaku dan Bunda dengan berderai air mata.
Bisa berkata apa-apa, yang kulakukan hanya diam dan tertunduk. Di depanku sudah ada Habib yang baru saja selesai berjabat tangan dengan penghulu. Dia sempat menoleh ke arahku untuk melihat lebih sembabnya mata sang istri.
Sampai akhirnya pandangan mata itu teralihkan oleh seorang wanita dengan gaun pengantin berwarna putih bercorak batik keluar dari sebuah ruangan. Dialah Aisyah wanita cantik berbalut hijab jalan mendekati Habib sambil di gandeng oleh Mbak Anisa.