Sepanjang perjalanan pulang mobil hitam ini terus diikuti oleh mobil berwarna putih milik Habib. Aku selalu memantau jaraknya lewat kaca spion. Dan tidak bisa kututupi lagi kalau sebenarnya aku senang karena Habib sudah mau datang menjemputku meski sedikit terlambat.
"Jadi kapan kamu akan mengatakan ini pada semua orang? Kalian tidak mungkin menyembunyikannya terlalu lama, bukan?"
Bang Fahri benar. Masalah ini tidak boleh dipendam terlalu lama. Baik aku ataupun Habib harus segera bicara pada keluarga kami tentang rencana pernikahannya. Habi sudah sempat berdiskusi denganku, jika dia akan segera menikahi Aisyah setelah aku keluar dari rumah sakit.
Mbak Anisa yang duduk di sebelahku menggenggam erat tangan ini, seolah memberi kekuatan lewat hangatnya genggamannya.
