"Aku menceraikanmu, karena ..."
Hm, sialnya aku tidak bisa mendengar kelanjutan apa yang Umar katakan. Kesadaranku keburu hilang dan pandangan gelap seiring dengan fungsi telinga yang semakin berkurang.
Ketika tersadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ada abi, umi, Habib dan tentunya adik iparku beserta istrinya. Wajah-wajah khawatir mengerumuni brankar yang ku tiduri. Namun ada satu wajah yang lebih menarik perhatianku, yakni Farida.
Matanya masih merah dengan hidung yang ikutan diberi warna. Suara isak tangis masih sesekali terdengar ketika wanita itu menarik kembali lendir di hidungnya. Apa yang terjadi? Kenapa semua orang diam seperti ada gembok yang menggantung di mulut mereka?
Kuraih tangan Habib seraya menatap matanya. "Mas, ada apa ini?" tanyaku lemah.
Habib ikut menumpuk tangannya di atas tanganku. Elusan pelan yang dia berikan membuat suhu panas di tangan kanan ini meningkat.
"Tidak ada, semuanya baik-baik saja," jawab Habib.