Ketika aku masuk ruang kelasku semua teman-temanku sudah komplit, berarti memang aku yang terakhir masuk.
Aku duduk di bangkuku, ku lihat Zizie ngobrol dengan teman lain, mereka berencana untuk membuat sebuah grup dance. Keren memang kedengarannya, tapi sayang aku tidak tertarik.
"Ruby, kamu ikut berpartisipasi gak? Biar rame," kata Zizie dan teman lain.
Aku hanya tersenyum lalu ku jawab "Nanti saja, aku pikirkan, "
Seketika suara yang gaduh langsung hening ketika pak Choliq guru matematika sudah memasuki kelas dan memulai pelajaran.
Bell tanda istirahat berbunyi, semua para siswa dan siwi pada heboh membincangkan soal DIES NATALIS Sekolahan, sedangkan aku asik dengan materi sejarah yang aku baca di depan kelas tepat di bawah pohon akasia yang rindang.
"Hey nona. Berpartisipasi juga tidak, untuk Dies natalis sekolahan kita?" itu suara yang tak lagi asing di telingaku, ku lipat lembaran yang sudah ku baca, kututup bukuku dan menoleh padanya.
"Cuma setahun sekali, masa ga ikut sih?" tambahnya lagi dan aku membalas senyumnya.
"Aku tidak PD kak," Kataku
"Kenapa begitu? Andai kamu tampil dengan pianomu itu sambil membawakan lagu mello cantik banget lo Rub," katanya sambil duduk di sampingku.
"Aku malu," kataku tertunduk Nervous karna duduknya yang sangat dekat denganku.
"Kita kolaborasi aja yuk! Kamu bawain pianomu sambil vocal, dan aku vocal sambil iringi pianomu dengan gitar, " tawarnya dan menatap wajahku lekat-lekat.
'Ya tuhaan! Badan ini selalu saja bergetar, kalau dekat dan bertatapan dengannya. Duh kaya mau pingsan saja, kenapa sih aku selalu kaya gini kalau dekat dengan kak Rizky? Mana dia ajak aku duet lagi,'
Tiba-tiba kepalaku tak terkendalikan, aku mengangguk berulang-ulang, padahal aku tak menginginkannya.
"Sudah! Iya aja lah mau aja, kamu duet sama pangeran tamvan lo...." kata sosok gadis penghuni pohon akasia yang suka kepo dan sotoy.
"Apaan sih kamu?" teriaku pada hantu gadis itu.
"Lho kenapa Ruby? Akukan ajak kamu kolaborasi dan kamu mau, kok..." katanya bingung.
"Eh apa ya kak? Hehehe maaf kak aku ga fokus kok. Nanti pulang sekolah kita latian di rumahku aja, kebetulan aku gitar melody ada," kataku lalu aku langsung buru-buru pergi.
Dalam hati aku kesal dengan makhluk jail penghuni pohon akasia itu, berani-beraninya dia jomblangin aku sama kak Rizky, tapi aku ngarep sih, ...
*Skip*
Acara yang di nanti-natikan kini tiba juga, bagi siswa peserta sepeda santai yang akan ikut tampil di panggung hiburan, maka mereka perada di barisan bagian depan, agar mereka bisa beristarahat sejenak dan mempersiapkan penampilan.
Begitupun aku, aku berada di barisan depan, dan aku berjajar dengan kak Rizky. Selain berkolaborasi denganku dia nanti juga akan menjadi vocalis dalam grub band nya.
Aku sangat menikmati setiap detik perjalanan mengayuh sepeda dari statr sampai finish.
Rute 5km terasa dekat, jika aku berjajar dengannya. Rasa capekpun juga seolah tidak terasa hingga kami sudah di finish, yaitu sekolahan kami.
Tiba di sekolahan, aku segera berganti kostum, setelah mempersiapkan latihan kecil kolaborasi bersamanya aku duduk di kursi yang di sediakan untuk para peserta, sedangkan kak Rizky ku lihat dia sedang berkumpul dengan anggota grub bandnya.
Para siswa sudah berkumpul seluruhnya, pembukaan dilakukan
Dengan doa dan sambutan dari kepala sekolah, lalu di lanjut dengan acara potong tumpeng, dan di susul dengan acara-acara dari para peserta serta di iringi dengan undian para peserta sepeda santai sekaligus penyerahan hadiah.
Waktu terus berlalu, giliran aku tampil semakin dekat, aku akan tampil di urutan nomor 18, sedangkan ini sudah nomor 15.
Saat itu aku sedang asik bersama teman-teman sekelasku, kami sedang membully Candra yang beruntung mendapatkan hadiah boneka.
"Bonekanya buat Ruby aja, Ruby mau kan?" tiba-tiba Candra menyerahkan boneka itu padaku.
Antara senang dan kaget dari sekian banyak teman wanita sekelasnya kenapa dia memberikannya padaku, padahal Elsa dan Zizie sudah dari tadi memintanya pada Candra.
"Kenapa diberikan padaku Ndra?" kataku bengong melongo dan bingung.
"Ya tidak apa-ap, kan, Elsa dan Zizie berebut terus, biar adil jadi kuberikan saja boneka ini pada yang tenang sedari tadi," Ucapnya, Dan kamipun tertawa riang bersama.
"Ruby! Ayo bersiap sebentar lagi sudah waktunya kita ke atas panggung," suara yang tiba-tiba membuat kami semua terdiam dari tawa.
Bagaikan terhipnotis, akupun begitusaja meninggalkan teman-temanku, dan menerima gandengan tangan dari kak Rizly, dan menuju kursi dekat panggung.
Aku tak tau apa yang di katakan teman-temanku, setelah aku berlalu dan apa juga yang ada dal pikirannya kala itu.
Tapi yang ku dengar setelah Dies natalis ini banyak simpang siur gosip tentang aku, kak Rizky, dan Arif.
Tapi ya sudahlah, aku tak peduli, yang terkesan dalam diriku adalah tampilan kami berdua, aku bernyanyi sambil memainkam piano dan dia berduet sambil memainkan gitarnya.
Jangam tanya bagaimana gayanya pesonanya ketika itu, dia sangat sangat lebih tampan ketika memakai kaos putih dan stelan clana jeans biru gelap.
Sungguh tampilang yang sangat menghipnotis, di akhir lagu yang kami bawakan "Kau tercipta untuku by Ungu" Semua berdiri dan memberi tepukan tangan hangat mereka.
Awal menaiki panggung tadi memang sempat nervous berat, tapi berkat dia aku bisa, iya aku bisa, semua penonton yang teridiri dari murid dan para guru mereka semua terbawa oleh suasana lagu mellow yang kami bawakan, sungguh bahagia yang tak pernah aku alami sebelumnya.
"Rubby, kamu tadi keren banget, suaramu bagus! Next time kamu mau tidak ikut gabung dalam band kami? Kamu jadi vocalis ceweknya," katanya tiba-tiba ketika aku duduk menjauh dari panggung.
Belum sempat aku menjawab Arif datang dan mengajaku pergi katanya dia akan menunjukan sesuatu padaku, tanpa basa-basi, dia lansung menarik lenganku dan membawaku pergi begitu saja meninggalkan kak Rizky.
"Mau kemana sih Rif?" tanyaku.
"Lihat itu!" katanya sambil menunjuk sesuatu.
"Arif! Apa-apan ini?"
"Aku siapkan ini dari tadi buat kamu, kamu mau kan jadi sahabatku?" katanya sambil mengajaku berdiri di dekar hiasan-hiasan dinding dan balon-balon di ruang kelasnya.
"Arif, kamu ini so sweet banget ya? Cuma ingin jadi sahabatku aja kamu kaya gini, bagaimana ya, kalau
nyatain cinta ke cewek? Duh kamu beneran deh..."
"Aku mau jadi sahabtmu Rif! Mulai sekarang kita bershabat," kataku dan menunkukan jari kelingkingku padanya.
Waktu sudah sore, acara sudah selesai dan di tutup pukul 17.30. Hari juga gelap.
Sebelum pulang ke rumah aku bermaksut ganti pakaian santai saja bukan sragam bukan pula kostum yang ku gunakan di atas panggung tadi.
Tapi sial! Dalam toilet wanita aku mengalami kesialan. Sosok hantu gadis yang selalu mengikutiku menampakan wajah seramnya.
aku benar-benar kaget waktu itu tapi badanku terasa sangat kaku, ingin rasanya aku berlari atau minimal berteriak, tapi aku tidak mampu.
jangankan teriak, mulutku saja bergerak sudah tak bisa...
Sosok itu menatapku tajam, banyak darah yang mengaliri wajahnya yang hancur itu, dia mendekatiku terus dan semakin mendekat.
"Tolong aku.... Tolong... Bebaskan akau...tolong...." Ucapnya lalu seketika itu dia langsung lenyap dari hadapanku.
Badanku terasa sangat lemas, dengan buru-buru aku keluar dari dalam toilet itu dan berlari sekuat-kuatnya, ku abaykan teman-teman yang juga sedang antri di dalam toilet tersebut.