"Bener banget. Kamu jangan mau kotor-kotoran seperti Sithok ya, Rei?!" bisik Yuji. Memang setan dia, eh roh maksudnya.
Pada akhirnya, Siji tetap melakukan semua pekerjaan sendirian. Dia terus mengolesi semua abu secara merata pada saat yang bersamaan.
Reiji berjongkok, tapi tidak untuk membantu. Dia hanya berpose memegangi dagu, seolah berpikir keras saat ini. Reiji tidak ingin main-main abu, nanti tangan dan wajahnya kotor. Reiji lupa situasi saja jika dia saat ini berada di dalam gua. Dan berkotor-kotoran tidak dapat dihindarkan.
Siji kemudian menutupi area yang luas dengan abu dupa, dan segera teks miring muncul di depan mereka berdua.
Masing-masing karakter ini seukuran bidak catur, dan semuanya ditulis dalam bahasa aksara Jawa yang sangat banyak.
Beberapa di antaranya hampir tidak jelas, tetapi ada cukup banyak, sekitar tiga puluh atau empat puluh yang besar dan kecil, yang ditulis oleh satu orang.