"Huwaakh ....!" teriak Siji dan Reiji bersamaan ketika melihat mata merah yang berada di balik celah
Siji menelan ludah, dan segera mengangkat palu di tangannya. Palu yang diberikan oleh Reiji tadi memang ada gunanya. Setelah melihat penampakan itu, mereka berdua segera meyakini bahwa benda ini jelas bukan manusia. Melainkan monster! Mungkin masih satu kerabat dengan monster yang sebelumnya ia temui, batin Siji.
Siji tidak berani melihatnya lagi, dan tiba-tiba memalingkan kepala. Dia mengurungkan niat untuk memukulkan palunya. Siji tadi sudah sok jago dan meremehkan Reiji dalam hal bertarung. Tapi, jika lawannya adalah monster berbulu hitam seperti waktu itu, keterampilan bertarung pun tidak ada gunanya, batin Siji sudah pesimis duluan.
Berbeda dengan reaksi yang sebelumnya, kini Reiji seolah tidak mau melawan makhluk yang berada di balik batu itu.
Reiji tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Jadi, dia menurunkan palunya dan diam mematung.