"Baiklah, kalau Abang tak mau cerita. Suatu saat, papa akan mencaritahunya sendiri."
Setelah mengucapkan itu, Tuan Yudha bangkit dan hendak meninggalkan Siji yang masih duduk berlunjur di lantai.
"Papa, tunggu!"
"Apa lagi, Nak? Katanya tadi nggak mau papa bantuin?!" Tuan Yudha menghentikan langkah dan menoleh lagi ke belakang.
"Jika tidak keberatan, boleh bantu abang menuju kamar saja?" Siji berucap, takut-takug. Pasalnya, ia yakin jika papanya itu pasti sudah menyesal karena Siji mengabaikan uluran tangannya sejak tadi.
Namun sebenarnya, bukanya Siji tadi menolak uluran tangan papanya. Siji hanya butuh waktu saja tadi, agar rasa sakitnya menghilang. Tapi, hingga kini rasa nyeri itu tak kunjung menghilang. Jadi, satu-satunya jalan hanyalah meminta bantuan pada papanyam