"Baiklah, maafkan mama lagi ya, Pa? Lalu, monster semacam apa yang sampai melukai anak-anak kita, Pa?" Nyonya Ayana berkata lembut. Ia duduk tenang kembali di sebelah Tuan Yudha, dan menepuk pelan punggung tangan suaminya yang berada di atas paha itu.
Tuan Yudha yang masih kesal bangkit. Malas saja dia melihat tanggapan istrinya yang memang seperti tidak terlalu peduli itu.
"Jangan tanyakan pada papa lagi, Ma! Mama akan menganggap papa tidak waras jika menceritakannya," sentak Tuan Yudha. Ia hendak meninggalkan ruang kerja istrinya itu, tapi segera ditahan oleh Nyonya Ayana.
Nyonya Ayana bangkit dan memeluk perut suaminya dari belakang. Ia merasa suamimya itu pasti masih kesal terhadap dirinya.
Sebenarnya, Nyonya Ayana sangat tahu benar apa kesalahannya, tapi tetap saja, ia terus saja mengulangi kesalahan yang sama. Ini ia lakukan karena terpaksa, demi melihat keluarganya bahagia.