Siji sudah muak dengan semua sikap mereka terhadapnya. Siji ingin melakukan apapun sesuai keinginannya. Tanpa tekanan, tanpa takut seseorang akan menghajarnya.
Siji butuh hak untuk menentukan hidupnya sendiri. Baiklah, ia memang terkadang suka hiperbolis.
Plak!!
Siji merasakan pipi kirinya memanas. Tamparan tadi begitu keras hingga membuat tubuh Siji sedikit terhuyung ke samping. Ia menggosok pipinya yang memerah. Ditatapnya Yuji yang masih berdiri di hadapannya.
"Kau tidak punya hak untuk menolak perintah gue, Sithok! Buka pintu kamar elo! Sekarang!" Yuji berteriak penuh penekanan.
Sekian detik ia menunggu untuk Siji membukakan pintu untuknya, tapi sepertinya, Siji masih kekeh untuk tidak membiarkan Yuji mengetahui privasi pemuda itu.
Yuji tidak tahan lagi. Didorongnya tubuh Siji ke samping hingga Siji jatuh terjerembab. Ia langkahkan kakinya memasuki kamar yang Yuji rasa punya hawa-hawa aneh itu.