"Bagaimana kalau kukatakan bahwa manusia-manusia itu bisa menghalangi tujuan kita?" kata Bardhom kepada Pharas.
"Ya," Pharas mengendikkan bahu. "Aku tidak melihat sesuatu yang baru dari hal itu. Paling tidak, kita sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. Lagipula, semenjak dahulu kala manusia memang tidak mau tunduk kepada kita, kecuali pada hawa nafsu mereka masing-masing."
"Tidak," kata Bradhom. "Bukan itu yang aku maksudkan. Tapi, lebih kepada senjata yang mereka miliki. Aku sendiri sudah mengalami ini, tadi."
"Aah… jadi begitu, ya?" Pharas mengangguk-angguk. "Lalu, seperti apa senjata itu? Sekelas Divine Sword, begitukah?"
"Tidak," sahut Aka Manah. "Sejauh ini, hanya ada satu Divine Sword saja yang kita ketahui digunakan oleh manusia. Enam lainnya, kurasa masih dipegang oleh si Malaikat Kematian itu sendiri."
"Lalu? Senjata seperti apa yang kau maksudkan itu, Bardhom?"