"Brengsek!" maki Ardha Candra karena untuk kesekian kalinya ia terjebak kemacetan. Dan ya, kembali setir mobil itu yang menjadi sasaran pelampiasan kemarahannya. Juga, dashboard mobil tersebut. "Cepatlah terurai, aku tidak punya banyak waktu berleha-leha di jalan seperti ini! Sialan…!"
Untung saja semua kaca jendela mobil SUV yang dikendarai oleh Ardha Candra itu dalam keadaan tertutup rapat, sehingga kegilaannya memukul-mukul setir dan dashboard mobil itu tidak menjadi perhatian pengguna jalan lainnya. Atau suara-suara makian bernada kasar itu.
Dan ketika kemacetan itu mulai terurai, Ardha Candra langsung tancap gas. Bersamaan dengan itu, kecemasan di dalam dirinya semakin membesar. Kekhawatiran atas keselamatan Clara Dimitrova yang ia tahu sedang bersama dengan Martin Hasibuan. Dan Martin Hasibuan bukan lagi seorang manusia. Paling tidak, itulah kesimpulan yang ada di dalam kepala Ardha Candra.