Pharas menyibak salah satu bagian dari tirai jendela itu, mengintip ke arah luar. Tapi tidak ada hal menarik yang bisa menjadi perhatiannya di sisi luar tersebut.
"Bukankah begitu?" tanya wanita itu lagi seraya berbalik menghadap ke arah Aka Manah dan Eredyth, lalu melipat kedua tangan ke dadanya.
"Ya, tentu saja," sahut Eredyth. "Kau lebih tua dua ratus tahun daripada aku. Lalu, apa yang sebenarnya akan kau katakan?"
Sementara Aka Manah hanya tersenyum lebar, menunduk seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya," ujar Pharas. "Dengan demikian, boleh dibilang aku sudah cukup tahu banyak perkembangan manusia-manusia itu. Tentang, bagaimana mereka kini telah mencapai kemajuan yang cukup signifikan seratus tahun terakhir. Di segala bidang. Termasuk, persenjataan."
"Hei," ujar Eredyth yang sebelumnya lebih banyak menghabiskan waktunya tidak bersinggungan langsung dengan manusia.
Kecuali, jika ada satu dua hal yang perlu ia lakukan. Saat birahinya sedang membakar tubuhnya, misalnya.