Bardhom tertawa-tawa lagi. "Ya… kau membaca pikiranku."
"Brengsek!"
"Kau lihat? Kau dan aku memang rekan yang tak terpisahkan." Dan sebentar lagi, kita tidak akan terpisah selamanya, Nona Detektif. "Kau sangat mengerti apa yang aku pikirkan. Bukankah ini sesuatu yang menguntungkan?"
Clara Dimitrova mendesah panjang. "Sial. Sia-sia aku mendengarkanmu, kukira kau bakal serius. Tapi tidak. Lagi-lagi otak mesummu itu yang mengambil alih pikiranmu. Menyedihkan. Kau menyedihkan, partner."
"Benarkah?"
"Astaga…" Clara tersenyum lebar sembari menggeleng-gelengkan kepala. "Apa aku harus membawakan sebuah cermin yang besar kepadamu, hemm?"
"Begitu, ya?" Bardhom tertawa halus, mengangguk-angguk. "Lupakan soal itu. Aku ingat, tadi Pak Surya mengatakan semua bukti otentik yang didapatkan itu berkat bantuanmu, benarkah?"
"Berkat Ardha Candra juga."
"Aah… begitu, ya. Baiklah."
"Kau tidak akan percaya jika tidak melihat sendiri, Martin."