"Aku tidak bisa. Kau terlalu lucu!"
"Brengsek!" lagi-lagi Ardha Candra mendengus kencang, akan tetapi kali ini ada senyuman di bibirnya.
"Oh, Tuhan…"
Clara Dimitrova akhirnya kembali duduk, menyeka air mata yang keluar karena terlalu banyak ketawa.
"Oke, oke…" ujar sang detektif sembari mengatur pernapasannya. "Baiklah. Setidaknya, kau sudah membantuku menghilangkan stres dalam kepala ini. Astaga… terima kasih.
"Ya, ya… terserah kau saja."
"Sekarang, mari kita pikirkan," ujar Clara Dimitrova kemudian. "Jika melihat semua kasus pembunuhan sadis yang tidak diketahui siapa pelakunya di seluruh penjuru dunia ini, dan juga dengan kemunculan makhluk-makhluk yang bisa berubah wujud itu—yang mana, kau dan aku sudah menyaksikannya sendiri, kan?"
"Oke?"
"Maka, kesimpulanku hanya ada satu."
"Dan, apakah kesimpulanmu itu, Nona Detektif?"
Clara Dimitrova meraih map biru tebal di atas meja, lalu mengeluarkan sebuah gulungan yang sepertinya terbuat dari kulit hewan.
"Lihat ini!"