Ardha Candra mendesah halus dan panjang, ia tahu akan seperti apa sulitnya nanti Clara Dimitrova dalam kondisi hamil, terlebih lagi dengan kehamilan yang semakin besar, ia cukup menyadari hal ini meskipun ia tidak akan pernah tahu seperti apa rasanya hamil.
Tapi satu nyawa, satu kehidupan manusia itu sangat berharga, dan aku sudah memutuskan, pikirnya.
Lalu, sang pria menatap jarum jam di dinding yang tepat berada di atas televisi tersebut. Pukul 09:00 malam.
Namun seketika Ardha Candra merasakan satu sensasi yang sangat aneh. Bola matanya membesar saat melihat jarum jam di dinding itu terhenti, padahal ia sangat yakin bahwa itu tidak mungkin terjadi sebab dia telah mengganti baterai jam dinding itu sendiri lima hari yang lalu.
Lalu tatapannya tertuju pada layar televisi yang juga tiba-tiba terhenti, dan rasa sesak yang begitu hebat menyelubungi tubuhnya, dadanya seketika itu juga.