"Jangan khawatir," ujar sang dokter dengan tersenyum di balik maskernya itu. "Hal semacam ini memang perlu persetujuan mendalam dari dua belah pihak."
"Sayang," ujar Clara Dimitrova. "Kenapa kau menjadi cemas seperti itu? Kita sudah membicarakan hal ini berulang-ulang bukan? Dan kau menyetujuinya."
"A—aku tahu," sahut Ardha Candra. "Hanya saja, sungguh, aku merasa berdosa besar jika harus mengizinkanmu menggugurkan kandunganmu, Sayang."
"Ardha…"
"Ba—bagaimana kalau kita pelihara saja?" ujar sang pria. "Jangan digugurkan. Biarkan janin itu terus berkembang di dalam rahimmu, Sayang. Kumohon. A—aku, aku janji akan membesarkan bayi kita dengan penuh kasih sayang, memenuhi segala kewajibanku sebagai seorang ayah."
Clara Dimitrova sesungguhnya terenyuh demi mendengar ucapan kekasihnya itu. Hanya saja, dengan semua hal yang telah ia utarakan kepada Ardha Candra sebelumnya, ia memiliki alasan yang kuat untuk menggugurkan kandungan yang baru berusia dua belas hari tersebut.