Tanpa dapat menolak lagi, Ardha Candra akhirnya menggerakkan pinggulnya, maju-mundur dengan berirama.
Silvia terkikik lagi di tengah erangannya. "Kau bilang tidak menikmati, tapi genjotanmu sangat berirama, Ardha. Kau memang munafik!"
"Kalau kau terus-terusan mengoceh yang tidak-tidak," ucap Ardha Candra dan kembali menggeram kesal. "Aku pasti tidak akan mengacuhkanmu dan keluar dari ruangan ini!"
"Baiklah, baiklah," kekeh sang gadis. "Astaga, kau ternyata gampang merajuk."
"Cih!"
"Kau tidak lihat ada yang kurang di sini?"
"Apa maksudmu?" ujar Ardha Candra di sela gerakan batang kemaluannya yang keluar-masuk di dalam liang sanggama Silvia.
Silvia menunjuk ke arah buah dadanya yang jauh lebih kecil dari buah dada Clara Dimitrova.
"Aku tahu, milikku tidak sebesar milik Clara," ujar sang gadis. "Tapi sama, aku menuntut perlakuan yang sama!"
"Berengsek!" maki sang pria. "Kau banyak tingkah!"
Namun begitu, Ardha Candra terpaksa melakukan apa yang diminta oleh Silvia.