"Apa yang kau lakukan itu, Akvan?" tanya Pharas seraya mendekati Aka Manah dan menempel ke punggungnya.
"Hei," Aka Manah tersenyum, lalu mengecup bibir wanita tersebut.
"Kau seperti memikirkan sesuatu yang besar?"
"Hanya sedikit penasaran," ujar pria itu.
"Tentang?"
"Aura iblis yang sama seperti Zahal," ujarnya. "Tiba-tiba muncul, lalu menghilang."
"Biar kutebak," ujar Pharas. "Dia mungkin muncul di tempat dan waktu yang salah, di dekat di mana beradanya Divine Sword."
"Yaah, itu yang aku pikirkan."
"Apakah kau yakin itu bukan Zahal sendiri?"
Aka Manah tersenyum, kembali ia mengecup bibir yang menggoda itu. "Zahal masih bergerak ke daratan utama Asia. Tidak mungkin itu adalah dia."
"Baiklah," ucap Pharas. "Aku memang tidak bisa merasakan aura iblis lainnya sebaik dirimu, tapi aku percaya pada ucapanmu."
"Sudahlah," Aka Manah memutar tubuhnya, berhadapan dengan Pharas, memeluk mesra pinggangnya, lalu berakhir di bokongnya. "Lupakan saja soal itu."