"Aku serius," kata Pharas, lagi. "Beberapa waktu belakangan ini, aku selalu memikirkan hal ini, Akvan. Kenapa begitu sulit bagimu untuk bisa menghasilkan keturunan? Bahkan, seorang Nimfa pun tidak."
"Begitu, ya?" Aka Manah mengangguk-angguk.
"Itulah sebabnya," kata Pharas. "Mungkin saja, dengan menggunakan wujud aslimu, kau bisa membuahi rahimku, atau rahim Ibis Bumi lainnya."
"Kau terdengar sangat begitu mengharapkan benih dariku, Pharas."
"Memang," kata Pharas pula. "Kau Tangan Kanan Sang Iblis, bukan ras iblis sembarangan, bukan ras kelas rendahan. Kurasa, semua wanita dari kalangan iblis pun rela antre untuk mendapatkan benihmu, Akvan."
"Ya, masuk akal," ujar Aka Manah. "Percayalah," ia pun mencubit pelan dagu Pharas. "Di Neraka sana pun, berlaku hal yang sama. Andai aku mengabaikan pekerjaanku mengemban tugas dari Azazil—"
Aka Manah menggelinjang ketika Pharas langsung mencubit rusuknya.
"Kau ingin celaka, ya?"