"Oh, manusia," dengus Zahal seraya bertolak pinggang dan memandangi setiap bagian yang ada di ruang tamu yang mewah itu. "Mereka benar-benar memanfaatkan segala sesuatu di Bumi ini demi kepuasan mereka sendiri-sendiri."
Aka Manah menyeringai, dua tangannya berada di dalam saku depan celananya.
"Kau tidak salah," kata Aka Manah. "Aku sendiri juga cukup takjub dengan keserakahan manusia. Dan sebentar lagi, masa di mana manusia-manusia itu akan menjadi budak bagi kita bangsa Ibis akan semakin dekat."
"Yaah, aku sudah tidak sabar menunggu hari itu datang."
Tidak berapa lama pintu ruang tamu itu terbuka, bukan pintu yang sebelumnya digunakan oleh Aka Manah dan Zahal melainkan sebuah pintu jati lainnya yang ada di dinding di sisi kanan—atau lebih tepatnya, sebuah pintu yang ada pada dinding yang mengarah ke ruangan besar di tengah-tengah bangunan megah itu.