Surya Admaja mengangguk-angguk sembari mengusap-usap dagunya.
"Bagaimana dengan pistolmu?"
"Yaah," Clara Dimitrova mencabut pistolnya tersebut, lalu meletakkannya ke atas meja di hadapannya. "Memang tidak langsung membunuh, tapi setidaknya bisa memperlambat gerakan makhluk tersebut."
"Hemm, seperti yang sudah diperkirakan." Surya Admaja menghela napas dalam-dalam. "Ada lagi yang harus aku ketahui?"
"Oh iya," sahut Clara. "Malam tadi, saat di rumah peninggalan orang tua saya, pedang hitam itu tiba-tiba muncul lagi bahkan sempat menyayat bahu si Ardha."
"Kalian diserang juga hingga ke rumah itu?"
"Entahlah…" Clara mendesah pendek. "Hanya saja, suara dengung pedang itu membuat saya terbangun dan merasakan ngilu di telinga. Juga, cahaya biru tipis pada pedang itu semakin terliat terang. Seolah-olah pedang itu bereaksi pada sesuatu yang sangat mengerikan."
"Begitu, ya?"