Zia menghampiri Vera. Pura-pura iba, ia menggantikan Arif memeluk sang sahabat. "Sudah ya Ver, jangan nangis lagi," bujuknya.
Vera mengangguk dalam pelukan Zia, hatinya menjerit kemenangan. Setelah ini pasti Khanza tidak akan dekat-dekat lagi dengan Arif, dan gue tak perlu khawatir kalau Arif tertarik dengan gadis cupu itu, batin Vera.
Ternyata selama ini Vera sudah peka. Berkali-kali memergoki Arif berdua dengan Khanza, membuatnya khawatir, terutama saat ia melihat dua orang itu berada di belakang sekolah.
***
"Za apa yang terjadi? Apa masalahnya sampai kamu nangis seperti ini?"
Dea angkat bicara menanyakan langsung kepada Khanza, tapi yang ia dapat hanya jawaban semakin kencang menangis dari sang sahabat.
"Sst. Sudah ya." Faizal mengelus lembut kepala Khanza, tapi matanya saling mengunci tajam dengan Arif di seberang sana.