Hari beranjak malam, sejak tadi Khanza tak tenang. Arif tak kunjung mengaktifkan ponselnya, terpaksa ia merecoki Zay—Kakak lelakinya.
Randra pun mulai bosan menunggu Arif, tapi dia kali ini kekeh harus bertemu sahabatnya. Ia ingin tahu duduk masalahnya yang benar seperti apa dulu. Lagi pula, tadi keluarga Khanza juga memintanya tinggal dan makan malam bareng di kediaman mewah Adelardo itu.
"Kalau dilihat-lihat kamu cantik banget kalau lepas kaca mata loh Za, apalagi kalau rambut kamu tidak kamu kepang seperti biasanya," ujar Randra.
Sontak Khanza yang tadi fokus ke layar ponsel mendongak. Wajahnya datar tanpa ekspresi masih terbawa suasana geram dengan Arif yang tak kunjung ada kabar. "Lelaki itu emang senang banget gombal ya?" sindirnya.
"Siapa yang gombal sih, gue serius Za. Andai lo sekolah dengan tampilan begini nih, gue yakin lo nggak bakalan dapat bullyan lagi. Dan lo pasti di puji-puji."
