Chereads / The Fairy Tales Tree / Chapter 6 - |6| The Fairy Tales Tree - 6

Chapter 6 - |6| The Fairy Tales Tree - 6

"Baiklah ayah, ibu, kami pergi dulu", ucap Luce pada kedua orangtuanya. Ingat. Raut mukanya tak banyak bergerak. Luce adalah pria yang sangat dingin, pendiam, tetapi aku bisa pastikan dia itu pria yang sangat tampan dan selalu menjaga orang-orang yang ia sayangi terutama keluarganya, dari bahaya apapun.

"Ya, berhati-hatilah.", ucap Tuan Roneo yang sedang merangkul Lunis kepada anak sulung mereka itu.

.

.

.

Disinilah mereka di taman terindah di Desa Frislyn. Lampu-lampu taman bercahaya kuning dengan tiang yang berukir, bangku-bangku taman yang juga dihiasi dengan ukiran indah di bagian kaki dan sandarannya dan yang paling penting, bunga-bunganya. Sangat berwarna di bawah sinar bulan dan cahaya dari lampu taman.

Dan mereka, Rena, Srenai, dan Luce di sana. Sedang menaruh pandangan mereka pada beberapa bunga di salah satu bagian di taman ini.

"Kak lihat! Cantik ya?"

"Yang mana?"

"Itu loh yang disamping bunga merah jambu itu."

"Ou, yang berwarna kuning itu ya?"

"Iya kak"

"Tapi kakak lebih suka yang warna merah jambu dan merah disamping warna kuning yang kamu suka itu.", seperti yang kita tahu warna merah muda memiliki arti persahabatan, kasih sayang, harmoni, kedamaian batin, dan kemudahan didekati. Merah muda juga merupakan sisi manis dari warna merah dimana warna merah dan merah jambu digambarkan sebagai simbolis cinta. Kalau warna merah mewakili panas dan gairah cinta, warna merah muda mewakili romansa dan pesona.

Warna yang sangat mencerminkan seorang Rena. Yang menginginkan hidup harmonis dan dirinya yang sangat mempesona, ya walaupun Rena belum terlalu paham dengan hal cinta (masih perlu bimbingan untuk masalah ini).

Sementara Rena dan Srenai memuji-muji bunga favoritnya, Luce hanya memperhatikan sekeliling dan sesekali menikmati keindahan yang berada tepat di hadapannya, Rena. Dengan berbalutkan gaun model rumbai dengan perpaduan warna merah dan putih, ia sangat membuat Luce jatuh dalam jurang cintanya.

'dia benar-benar sangat cantik', batinnya memuji Rena untuk kedua kalinya.

Srenai yang sedari tadi sudah memperhatikan gerak-gerik kakaknya,berkata "Hei, kak! Kenapa kau melihat Kak Rena dengan pandangan seperti itu? Apakah kau suka padanya?", Srenai menjahili kakaknya yang memang sedang memperhatikan Rena.

'dasar! anak ini.', batinnya menyeringai. Dia hanya memutar bola matanya dari kanan ke kiri.

Rena yang mendengar ucapan Srenai seketika malu dan wajahnya memerah. Benar-benar merah.

"Lihat kak. Wajah Kak Rena sangat merah. Apakah kalian saling jatuh cinta? Awwww.", goda Srenai kepada kedua remaja yang lebih tua darinya itu. Tangannya menunjuk ke arah Rena dan Luce secara bergantian.

"Ah, tidak. Itu tidak mungkin." Rena melambaikan tangannya tanda tidak membenarkan pernyataan Srenai.

Berbeda dengan Rena, Luce berkata "Mungkin saja.",tukasnya datar. Ia menatap Rena dengan tatapan datar berarti.

Rena terkejut. Ia sekarang sedang melihat ke arah Luce. Dengan wajah yang disinari cahaya bulan, mata yang dalam dan rambut yang menari karena ditiup angin sepoi-sepoi membuat Luce terlihat charming seketika.

'wah! tak kusangka di dunia dongeng cogannya melebihi cogan di dunia asli', Rena menundukkan kepalanya. Ia sekarang merasa sangat tak pantas untuk melihat wajah Luce yang tampan itu.

"Aaaa... Kakak sedang jatuh cinta. Astaga. Apakah aku salah dengar?", Srenai berlari-lari mengitari Rena dan Luce dengan sebuah kalimat yang ia lontarkan seraya ia berputar yaitu "Apakah aku salah dengar? Apakah aku salah dengar?", ya seperti yang kita tahu, warna kuning berarti perdamaian dan keceriaan yang benar-benar seorang Srenai.

Bagaimana seorang adik perempuan dapat percaya jika kakak laki-lakinya yang sama sekali tidak pernah jatuh cinta walaupun sudah beberapa kali dijodohkan dengan wanita yang cantik dapat fall in love sekarang. Dengan gadis yang baru saja ia temui.

"Apa kau baik-baik saja?", Luce menaruh tangannya pada dahi Rena. "Kau terasa sangat panas dan mukamu juga merah?", tambah Luce bertanya

"Ah... Tidak apa-apa.", ucap Rena tersipu dengan kedua tangannya disatukan di depannya.

'Kakak...', ucap Srenai dalam hati sambil memandang kakaknya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia sangat senang akhirnya sang kakak dapat menyimpan rasa pada seorang gadis (jangan aneh-aneh ya, guys. Hanya saja waktu itu belum ada yang buat Luce tertarik. Ye kan, Luce?~author; hm~Luce; khikhikkhik~author; kek Tante Kunti~Luce; dasar!)

Hari sudah semakin gelap. Sebagai yang paling tua, Luce mengajak Rena dan Srenai untuk pulang ke rumah. Untuk menghindari sakit-penyakit yang tak diinginkan, walaupun penyakitnya tidak berat.

"Baiklah mari kita pulang. Ini sudah larut. Tidak usah terlalu memikirkan kejadian hari ini.", ucap Luce datar (lagi).

Yang biasanya Luce hanya menggunakan satu tangan untuk membelai rambut sang adik. Kini Luce menggunakan kedua tangannya untuk membelai rambut Rena dan Srenai. Seakan-akan Rena adalah adiknya juga.

Gak sih. Untuk Rena, Luce menambah belaiannya dengan menyentuh pipi Rena halus bagaikan tomat tak bercela.

Rena yang terkejut dengan perlakuan Luce padanya, membelalakan kedua matanya. Wajahnya yang berubah menjadi kemerahan itu membuat Luce tersenyum tipis.

Srenai? Srenai tidak iri. Dia bukan tipe adik yang suka iri. Dia malah senang kalau akhirnya sang kakak mempunyai pengisi hati.

'kakak... ntah kapan terakhir kali nya aku melihat Kakak tersenyum. aku sangat setuju jika kakak serius dengan kak Rena. Kak Rena itu cantik, baik, dan sopan. cocok untuk kakak', ujarnya dalam hati. Tak sadar ia tersenyum sendiri, membuat Rena dan Luce seketika bingung.

"Srenai? Ada apa?", tanya Rena sambil memegang salah satu pundak Srenai.

"Tidak ada. Hanya... ah sudahlah... hal yang tak perlu dipikirkan.", tukas Srenai cepat.

Setelah itu mereka bertiga pulang ke rumahnya walaupun perasaan Rena dan Luce dipenuhi rasa penasaran dengan adik mereka, Srenai.

Haihai readers!

Selalu dukung aku ya.

Lewat vote, comment, subscribe, dan share.

Makasih ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡