Iblis
"Akh ... sakit," pekikku saat benda itu berhasil menyentuh kulit, rasa sakit ini sungguh menyiksa, Shui hanya memalingkan wajahnya dari hadapanku padahal dia sudah lihat apa yang terjadi pada apakah dia tidak punya hati.
Tapi sepertinya aku yang bodoh memberikan tubuhku sebagai jaminannya, wanita yang kutolong itu hanya tersenyum dan tidak memiliki rasa iba sama sekali, apa aku akan mati? Sakit sekali rasanya hingga membuatku ingin mati saja.
Walaupun suara rintihan dan tangisan yang berasal dariku terdengar di telinga mereka, mereka hanya mematung saja apalagi dengan pria sialan itu. Jika aku menikah dengannya, bisakah aku menahan rasa sakit dan bahagia bersamanya?
Menikahi seorang pria yang dingin? Takdirku sudah ditentukan akan seperti ini. Semuanya menjadi buram dan gelap gulita mungkin aku akan mati sekarang. "Bawa dia ke kamar," ucap Shui, yang terdengar samar-samar di telingaku, selebihnya aku tidak tahu semua sudah gelap seperti hamparan yang kosong.
Setitik cahaya mulai tampak menyinari hamparan kamar cahaya tersebut semakin lama semakin besar, tidak. Sepertinya cahaya itu yang mendekat ke arahku. Tapi apa tujuannya? Siapa orang yang di balik cahaya itu.
Aku pun duduk karena posisiku tadi sedang telungkup, ada yang aneh saat aku sudah berada di posisi duduk.
Aku yakin sekali tadi para pengawal Shui, sudah mencambuk badanku hingga berdarah. Tapi kenapa tidak ada rasa sakit di bagian belakangku? Bahkan darah pun tidak ada yang mengalir dari tubuhku.
Apa aku sudah mati? Tapi itu tidak mungkin, sudah biasa menerima siksaan dari dirinya yang lebih para dari sini. Hanya dengan satu cambukkan aku langsung mati. Tidak mungkin.
Saat fokus dengan tubuhku, aku tidak menyadari setitik cahaya tersebut sudah berubah menjadi sepasang pasangan dengan tubuh yang sangat menyilaukan tepat berada di hadapanku.
Aku pun menyipitkan mata dan melihat ke arah mereka, mereka hanya tersenyum dan berkata, "Sayangilah tuanmu seperti kau menyayangi orang tuamu." Setelah mengucapkan itu mereka pun menghilang beserta cahaya yang menyilaukan tadi.
"He bangun!" teriak seseorang sambil menggoyangkan badan, aku pun membuka mata dan melihat Shui sedang memegang tubuh ini dengan raut wajah yang kesal.
"Tuan," panggilku yang membuatnya langsung bangkit dari sampingku
"Dasar wanita menyusahkan, hanya dengan satu cambukkan kau sudah pingsan dan membuat semua uangku habis hanya untuk biaya perobotanmu." Seakan-akan ingin membunuhku sambil mengepalkan tangannya dan menampakkan semua urat-urat yang ada di tangan serta wajahnya.
"Maafkan hamba Tuan, sudah menyusahkan Tuan. Aku akan balas semua kebaikan Tuan." Perkataanku tersebut membuatnya tenang sedikit, lalu tiba-tiba tersenyum sinis sambil memalingkan wajahnya.
"Membalasnya! Tubuhmu saja masih kurang untuk membayar semua kerugian yang kukeluarkan hanya untukmu."
"Maafkan aku Tuan." Sambil menatapnya aku pun tertunduk dan membuatnya merasa sedikit tenang.
"Terserah kau saja."
"Tuan di mana wanita itu, apa dia masih hidup." Kata-kata yang kulontarkan tersebut membuatnya bereaksi seperti akan memakanku.
"Dia sudah membuatmu menderita seperti ini, dan kau masih mencemaskannya," kesal Shui kemudian berniat meninggalkanku.
"Maaf Tuan, tapi aku hanya menanyakannya saja dan kalau bisa aku juga ingin menemuinya," pintaku.
"Kau bisa menemuinya di kuburan umum, pemakamannya baru dilakukan. Tapi jangan salahkan aku jika kau hanya melihat tubuhnya tapi tidak dengan kepalanya, jika ingin melihat bagian itu kau bisa menemui ayahnya karena aku sudah mengirimkannya. Itu pun jika kau ingin mati silakan pergi."
Ucapan Shui tersebut pun membuatku merasa kesal dicampur dengan marah. Rasanya pengorbanan yang kulakukan sia-sia kalau ujung-ujungnya wanita itu pun tetap mati.
"Tuan kau sungguh jahat." Aku memberanikan diriku mengucapkan kata-kata tersebut, yang tidak tahu apa reaksi Shui saat mendengarnya. Shui hanya tersenyum mendengarnya.
"Aku memang jahat bukan hanya jahat saja aku juga kejam tapi aku tidak pernah membunuh orang sebayak empat kali dalam waktu satu malam, sayang." Apa maksud dari perkataannya
"Maksud Tuan?"
"Bukannya kamu lebih jahat dari pada aku Mirai? Kau membunuh beberapa orang dalam waktu kurang lebih dua jam saat insiden penculikanmu. Aku saja seminggu paling banyak tiga orang kalau masalah membunuh. Berarti intinya jangan pernah berbicara tentang kejelekan orang kalau dirimu belum melihat kesalahan yang pernah kau lakukan. Bisa saja kalau kejelekanmu lebih buruk dari orang tersebut," jelas Shui.
"Tapi Tuan aku melakukan itu karena Tuan yang menyuruhku." Mendengar perkataan Shui, tadi aku menangis sambil menutup wajahku dengan selimut yang ada di badanku, kenapa jadi aku yang bersalah sekarang.
"Aku tahu kau melakukannya demi aku, aku bangga padamu. Sudahlah jangan menangis lagi," ucap Shui sambil mengelus kepala ini.
Sebenarnya sifat Shui kadang baik, jahat, sadis, entahlah aku juga tidak bisa memikirkannya. Setidaknya dia masih memedulikanku, perkataan sepasang pasangan tadi sebenarnya siapa.
"Sayangilah tuanmu seperti kau menyangyangi orang tuamu." Aku yakin itu hanya mimpi saja. Tapi mengapa aku tidak asing dengan wajah mereka ya? Apa aku mengenalnya, dan apa maksud dari mimpi itu.
Kenapa dia harus bilang 'sayangi tuanmu' tanpa dibilang pun, aku akan menyangyangi Shui karena dari dulu aku sudah menganggapnya sebagai kakak. Walau dia tidak menganggapku.
"Hei sudahlah cepat sembuh. Aku akan pergi, jika butuh sesuatu panggil saja Shido atau Ayato." Shui pun pergi meninggalkanku, aku hanya melihatnya dan kembali tidur karena rasanya sangat lelah.
Kali ini bersyukur karena dia tidak melakukan hal-hal yang aneh dan pergi begitu saja, rasa perih di punggungku sudah mulai menghilang, dia yang membuat terluka dia juga yang mengobati, dasar iblis.
Seminggu kemudian luka yang di punggungku sudah sembuh aku pun kembali melakukan aktivitas seperti biasa yaitu hanya duduk santai tidak melakukan apa pun lalu makan, tidur dan menunggu Shui pulang dari pekerjaannya.
Lalu mendengar ocehan dari Shui setelah dia pulang, tapi itu semua berakhir pada hari ini para pelayan sibuk menghias rumah sedangkan Shui sibuk memperhatikan laptopnya kemudian menelepon. Dia melakukan itu setiap menit bahkan dia tidak pernah melihat ke arahku.
Aku hanya diurus oleh beberapa pelayan mereka mengatakan bahwa pernikahanku dengan dia akan dilakukan tiga hari lagi dan hari ini adalah foto prewedding kami, sebentar kenapa menjadi secepat ini.
Aku pun menggunakan gaun yang sangat indah berwarna putih dicampur corak merah dengan bunga-bunga, panjang gaun tersebut pun melewati tinggi badanku hingga mengenai lantai.
Apa aku akan menikahnya secara nyata? Selama ini aku berpikir dia hanya bermain-main saja, lagian apa niat dan tujuan dia melakukan ini bukannya dia sangat membenciku, eh tidak dia juga sedikit menyayangiku.
Yang aneh hanya dengan hiasan rumah ini saja, biasanya dia tidak menyukai pesta lalu kenapa dia melakukannya sekarang, apa yang terjadi? Kenapa semua perbuatan yang dia lakukan aku tidak mengerti sama sekali.