"Cukup Angga! Kamu tidak ada kewenangan untuk mengatakan hal itu! Aku adalah ayahmu! Kamu harus menghormatiku sebagai orang tau satu-staunya yang tersisa," ujar pak Dharmawan berang.
Angga memejamkan matanya sekejap. Ia berusha meredam amarahnya. Ia tidak mau nantinya akan berakibat fatal baginya dan Alexa.
"Aku lelah. Aku mengantuk. Aku mau tidur," desis Angga.
Ia berusaha sekuat yang ia bisa untuk menahan amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun.
Angga memilih untuk mengalah. Ia lantas pergi dari hadapan ayahnya. Itu adalah keputusan yang tepat. Dengan begitu ia tidak akan memuntahkan kata-kata kasar yang sejak dulu ingin sekali ia lontarkan pada ayahnya itu.
Angga membanting pintu kamarnya keras. Hatinya membara. Ia terbakar api amarah karena kata-kata yang dilontarkan ayahnya.
"Ayah mau apa senbenarnya?! Apa yang akan ia perbuat pada Alexa?! Argh ... !!!" geram Angga sambil mengacak rambutnya kasar.