"Kita pulang. Tidak perlu mampir ke manapun," titah pak Dharmawan pada supirnya.
"Baik tuan," sahut pak Supir.
Lalu mobilpun melaju dengan kecepatan sedang menuju tujuan mereka yaitu villa.
Rasanya sangat canggung berdampingan dengan orang yang pernah mewarnai hari-hari Alexa.
Sejak mendaratkan bokongnya di kursi mobil, Alexa terdiam. Ia sengaja menolehkan wajahnya ke jendela sampingnya. Ia tak mau melihat sosok Angga meski tertangkap oleh ekor matanya.
Pikiran Angga berkecamuk. Banyak hal yang ingin sekali ia tanyakan pada Alexa. Pertanyaan yang selama ini mengganjal hatinya. Bagaimana bisa ia menerima lamaran ayahnya begitu saja? Bukankah ia bisa menolak? Apa karena ia telah dibeli oleh ayahnya? Lalu kenapa ia tak mengabarinya saat Ben mengingkari kesepakatan?
Pertanyaan-pertanyaan itu kini semakin jelas dan berputar di benaknya. Tak hanya itu, kini ada satu lagi yang mengganjal hatinya.