Kecepatan pada layar indikator terbilang cukup normal. Angga tak ingin perjalanannya terbilang sangat terburu-buru dan tak mementingkan keselamatan dalam berkendara. Ia ingin tiba di desa dalam keadaan selamat dan aman.
Samar-samar kudengar suara memamnggilku. Suaranya tak asing lagi di telingaku.
Aku mencari-cari lagi kalimat yang digarisbawahi oleh coretan pulpen merah. Dan benar saja ada!
Ia masih berdiri di jarak aman antara aku dan dirinya.
"Iya udah sana, Ger. Kalau mau ke toilet, gak usah tepuk-tepuk pundak gue lagi."
"Baik kak. Aku permisi pamit pulang."
"Tidak usah banyak dipikirkan kejadian tadi pagi. Itu hal yang biasa saat latihan pertama kali. Dulu kakak juga begitu kok."
Aku g tau, biasa aja kyk ibu yg lain
"Loh? Ceritanya juga baru mulai kak, kok mau pergi?"
Gery nampak ragu-ragu, tapi akhirnya ia tetap bersikukuh untuk menolak tawaran kak Ciya dan lebih memilih pulang sendirian.
Krasak!!!