"Kamu kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh di wajahku?" tanya Angga panik.
Ia meraba wajahnya, mencoba mencari sesuatu yabg membuat Alexa menatap tajam ke arahnya.
Bukan kata-kata yang ia dapatkan, melainkan sebuah sentuham lembit dari tangan Alexa.
"Terima kasih karena telah menjadi mentariku selama ini," ujar Alexa sambil tersenyum lembut ke arah Angga.
"Kamu harus bisa, Vi!" gumamnya.
Ibunya Vivi, berdarah Purwakarta. Masa kecilnya hingga gadis ia lalui di daerah pinggiran Purwakarta. Semenjak
Isinya Alexa menjelaskan perbedaan antara Angga dan Dimas.
Dimas adalah Pelangi sedangkan Angga adalah Mentari
"Ah, maaf!" seru Anne. Ia membungkuk meminta maaf. Sedetik kemudian
"Bu, rujak saya sudah selesai belum?!" ucapnya bernada setengah tinggi.
Sebenarnya restaurant tempat Anne bekerja sudah menyediakan menu makan siang untuk karyawan. Namun, hari ini Anne
"Ya udah gak apa-apa, sayang. Ayo kita makan" sahut ibunya sambil berusaha membenarkan posisi duduknya.