Detik seolah tak mau berhenti hanya sekedar untuk menengok keadaan Alexa yang kian hari semakin tenggelam dalam kegelisahan.
Menit terus terdesak oleh detik yang terus menorongnya menjadi jam. Waktu seolah tak menginginkan jeda, jangankan kembali ke masa lampau, untuk berhenti sejenak menikmati helaan nafas yang berat dari hidung Alexa pun seolah enggan.
Sudah sekian senja Alexa lewati dengan menatap jendela kamarnya. Ia melihat pemandangan keluar jendela dengan tatapan kosong.
Beberapa kali ketukan pintu dari Winda untuk meminta ijin masuk ke dalam hanya sekedar mengecek keadaan Alexa pun tak ia ijinkan. Hanya nek Pi yang diperbolehkan hilir mudik keluar masuk kamarnya. Itupun atas desakan kalimat bahwa nek Pi tak akan mau masuk ke kamar Alexa jika Alexa tak mengijinkan nek Pi masuk.