Tak ada yang spesial pada diri Dimas. Ia hanya seorang laki-laki atau lebih tepatnya pria karena usianya yang sudah matang untuk menikah. Ia hanya seorang guru matematika di salah satu Sekolah Menengah Pertama di daerah terpencil.
Hidupnya sangat datar, senin hingga sabtu, pagi hingga menjelang sore, semua kegiatannya berputar hanya antara rumah dan sekolah. Bahkan malam Minggu yang seringkali dielu-elukan oleh kaum muda sebagai malam istimewa pun ia lalui di rumah. Ya! Ia tak mempunyai pasangan di usianya yang genap 30 tahun. Angka keramat yang mengharuskan seorang laki-laki lajang segera melepas status lajangnya. Ia bukan seorang pemilih, hanya saja belum ada gadis manapun yang mampu menggetarkan hatinya hingga suatu siang, ia bertemu dengan seorang gadis manis di desanya.
Seandainya bisa waktu berputar ke masa itu.
Seandainya rasa tak dulu tumbuh kala itu.
Seandainya ada kata andai di antara kata sudahlah.