"Ayah ingin menikahi bu Winda".
Ucapan ayahnya berputar-putar di benak Angga. Angga tak menyangka setelah sekian lamanya, pak Dharmawan berani membuka hati untuk wanita lain selain mendiang ibunya.
"Ini sulit kupercaya. Tapi apa aku pantas melarang kebahagiaan ayah yang sudah memikirkan kebahagiaanku dengan Alexa di masa mendatang? Tapi ini aneh. Bukankah mereka belum lama saling mengenal? Haish ... kenapa mendadak sekali?" keluh Angga gusar.
Ia mengacak rambutnya gusar.
Sejak semalm ia tak bisa tidur memikirkan keputusan ayahnya itu. Dan pagi ini, saat matanya terbuka pertama kali, otaknya langsung melesat mengingat ucapan ayahnya yng melamar bu Winda.
Dengan sedikit enggan, pagi ini Angga melakukan aktivitas sebagaimana mestinya. Bangun pagi lantas mandi. Setelah merapikan penampilan dan mengecek barang bawaan ke dalam tas ranselnya, Angga keluar dari kamar. Pukul enam seperti biasanya ia sudah harus bersantap sarapan di ruang makan.