Anis meliirk ke arah Bayu yang tengah sibuk menatap ponselnya sambil sesekali menyeruput kopi yang dipesan oleh Anis.
"Kenapa menatapku begitu? Aku terlalu tampan untuk ditatap seorang gadis. Bisa-bisa kamu nanti jatuh cinta," ujar Bayu tanpa menoleh ke arah Anis.
Anis gelagapan. Seperti maling yang ketahuan aksinya.
"Haish ... siapa juga yang menatap kakak! Aku gak menatap kakak!" tampik Anis.
Bayu menoleh. "Syukurlah kalau kamu gak menatapku," ujar Bayu dingin.
Ia mendongak menatap langit. Titik hujan nampaknya sudah berhenti, meski langit belum menunjukkan cahaya bintang satupun.
"Kita pulang sekarang," ajak Bayu. Ia lalu bangkit dari duduknya dan bersiap keluar dari kedai.
Anis tersentak. Ia lalu menoleh ke luar jendela. Ia melihat langit sudah tidak menurunkan airnya. Bergegas Anis mengambil tasnya. Ia hendak membayar kopi yang ia pesan ke kasir.
"Pesanan nona sudah dibayar oleh pacar anda," sahut kasir di kedai kopi itu.
Mata Anis membulat. "Apa? Pacar?"