Karla mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ia baru saja selesai menidurkan Davila anaknya, terngiang kembali ucapan Patricia di kantor tadi. Karla pun segera bangkit kembali dan melihat bayangan tubuhnya di depan cermin. Ya Tuhan, betul apa yang Patricia katakan ... tubuhnya saat ini sangat gemuk dengan lipatan lemak di mana-mana. Memang tidak segemuk Amelia dulu, tetapi tetap saja Karla merasa bahwa ia sudah tidak secantik dulu lagi. Apa lagi saat ini banyak jerawat kecil muncul di pipinya. Ah, David harus mau memberi uang untuk perawatan. Selama ini Karla bertahan untuk segala kemewahan yang David berikan,termasuk juga melahirkan bayi. Padahal melahirkan itu adalah hal yang sangat tidak ia inginkan.
Karla meraih remote televisi lalu memutar acara yang tadi David tonton. Saat melihat penampilan wanita yang tadi David sebut, Karla harus mengakui suaranya memang sangat mirip dengan Amelia. Tiba-tiba saja Karla merasakan kerinduan kepada adiknya itu. Selama ini mereka hidup berdua sejak kedua orangtua mereka meninggal dunia. Hidup bersama, susah senang bersama sampai pada akhirnya nasib membawa Karla menjadi seorang bintang. Ada sedikit penyesalan yang tiba-tiba saja Karla rasakan. 'Kau di mana, Amelia? Apa kau sudah melahirkan? Apa kau menikah dengan lelaki yang sudah menghamilimu?' batin Karla.
"Nyonya, ada tamu!"
Tiba-tiba saja terdengar suara Markonah asisten rumah tangganya memanggil. Karla segera merapikan pakaiannya dan langsung keluar kamar.
"Siapa, Bik?" tanyanya.
"Nggak tau, Nyonya. Tadi katanya mencari Nyonya Karla," jawab Markonah.
"Ya sudah, tolong kamu jaga Davila," kata Karla. Ia segera beranjak ke ruang tamu dan langsung tersenyum saat melihat siapa yang datang.
"Apa kabar, Mas Hendrik," sapa Karla. Hendrik adalah seorang ASTRADA, dulu saat Karla masih aktif di dunia tarik suara dan akting, Hendrik lah yang selalu membantunya.
"Kabar baik, Karla, waduh ... sekarang agak berisi ya setelah melahirkan si kecil," ujar Hendrik sambil menilai penampilan Karla dari atas sampai bawah. Hal itu tentu saja membuat Karla sedikit jengah.
"Iya nih, Mas. Aku baru mulai gym dan diet untuk menurunkan berat badan, ya maklum kan, Mas, habis melahirkan."
"Hahahah ... David banyak uang,Karla. Dia pasti bisa membiayai perawatanmu," kata Hendrik.
"Ah, Mas bisa saja. Oya, ada apa nih, Mas? Tumben nih mampir kemari."
"Ada film baru, Karla. Sepertinya kau bisa menjadi pemeran pembantu utama, menjadi ibu tokoh utamanya," kata Hendrik sambil menyodorkan skenario film yang ia bawa.
Perlahan Karla meraihnya, kemudian membacanya sekilas.
"Kau kan kemarin pernah meminta jika ada peran untukmu supaya aku langsung menghubungimu," kata Hendrik.
"Iya,Mas. Aku bosan di rumah terus dengan kegiatan sebagai ibu seperti sekarang. Tapi, apa tidak ada peran utama untukku?"
Hendrik menghela napas panjang, "Maaf, Karla ... Dengan kondisimu sekarang, agak susah mendapatkan peran utama. Kecuali kau seperti dulu lagi. Tapi, saranku kau terima saja dulu, ini kan awal yang sangat baik untuk memulai karirmu kembali. Apa lagi sekarang kau sudah tidak pernah mengeluarkan single lagu terbaru lagi."
Amelia menghela napas panjang, apa yang dikatakan oleh Hendrik memang benar. Saat ini dengan kondisi tubuh yang gemuk dan juga wajah yang tidak secerah dulu menjadi peran pembantu utama wanita juga rasanya sudah cukup baik.
"Baiklah, Mas, aku terima peran ini," jawab Karla. Hendrik tersenyum, "Aku akan segera menyiapkan surat kontraknya dan mengirimkan ke emailmu. Apa kau tidak meminta izin terlebih dahulu?"
"Rasanya tidak perlu, Mas. David tidak pernah melarangku untuk kembali aktif di dunia hiburan."
"Baiklah kalau begitu, Karla. Seharusnya aku menghubungi managermu terlebih dahulu, tapi katanya kau sudah mengganti managermu."
"Ah, iya. Dulu, managerku dari perusahaan David juga, tapi David mau jika itu diluar menyanyi aku harus mencari management yang baru. Dan, untuk sementara waktu aku akan menangani sendiri pekerjaanku."
"Bukankah dulu adikmu yang selalu mendampingi dan bahkan menjadi manager pribadimu?"
"Ah ... Amelia, dia sudah pindah keluar kota bersama suaminya, Mas."
"Oke, baiklah, Karla. Aku akan langsung menghubungimu kalau begitu," kata Hendrik.
Karla tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih, Mas."
"Sama-sama, aku pamit dulu,ya."
"Maaf, aku asisten rumah tanggaku lama sekali membawakan minuman ...."
"Tidak masalah, Karla, aku pamit,ya."
Baru saja Karla mengantarkan Hendrik sampai pintu, Markonah baru datang dengan nampan berisi minuman dan makanan kecil.
"Telat, Markonaah! Tamunya sudah pulang, baru minumannya datang, bikin malu saja," tegus Karla ketus. Markonah hanya cengengesan sambil salah tingkah, "Maaf, Nyonya, ini gara-gara Mbak Tuti lama di kamar mandi, non Davila menangis. Jadi, saya gendong non Davila dulu," jawab Markonah.
"Alasan saja kau ini," kata Karla.
Meskipun sering membuat kesalahan, tapi Karla sangat menyayangi Markonah. Asisten rumah tangganya ini sangat penurut juga lucu. Terkadang dialah yang selalu menghibur Karla saat Karla merasa kesepian. "Nyonya ini minumannya buat siapa?" tanya Markonah masih memegang nampan. Karla membalikkan tubuhnya dan menatap Markonah pura-pura marah, "Minum saja buatmu, itu kan sudah dibikin! Makanya lain kali kalau ada tamu itu gercep!" hardik Karla sambil menahan tawa melihat Markonah yang sudah ketakutan.
"Ish, Nyonya ... Tapi, gercep itu apa,sih?" tanyanya polos. Karla menepuk dahinya, "Astaga, MARKONAAH! Gercep itu gerak cepat, jadi, jangan lambat seperti tadi, lambat lagi saya pecat!"
Karla buru-buru melangkah kembali ke kamarnya sebelum tawanya meledak. Ia memang sangat senang menggoda Markonah dan membuat asisten rumah tangganya itu gugup. Tapi, tentu saja tidak pernah terpikir untuk memecat Markonah dalam benaknya. Saat kembali ke kamarnya ia tidak melihat Davila, rupanya Tuti sudah membawa Davila ke kamarnya.
Davila memang lebih anteng jika Tuti yang mengasuhnya. Karla sendiri harus mengakui bahwa ia sama sekali tidak cekatan mengurus bayi. Ia juga kurang sabar menghadapi anak kecil. Terlebih lagi, Davila sama sekali tidak pernah ia beri ASI. Karla tidak mau asset berharganya menjadi kurang indah lagi karena menyusui bayi. Cukup bentuk tubuhnya yang sudah tidak karuan seperti sekarang ini. Jangan sampai yang lainnya jadi ikut tidak karuan juga bentuknya. Karla membuka aplikasi chat di ponselnya, ia ingat bahwa ada seorang pelatih yoga yang bisa dipanggil ke rumah. Ia harus mengembalikan bentuk tubuh indahnya seperti dulu lagi. Ia harus kembali bersinar seperti dulu lagi sebelum David berpaling kepada yang lain. Karla tidak ingin kehilangan kemewahan yang selama ini sudah ia nikmati. Setidaknya jika ia sudah kembali cantik dan menarik, masih ada lelaki lain yang mau menjadikannya istri atau kekasih. Ya,saat ini Karla hanya ingin menjadi bintang yang kembali bersinar.