Chereads / Iam Shadow Wife (Indonesia) / Chapter 2 - Hari Pernikahan

Chapter 2 - Hari Pernikahan

Aku bergetar ketika cincin pernikahan sudah terpasang di jari manisku. Suara tepuk tangan ramai terdengar, beberapa dari mereka seperti bersorak bahagia menyaksikan pernikahanku, tanpa mereka tau kalau aku menikah karena terpaksa.Mataku berkaca-kaca menatap cincin berlian dijari tanganku, dan suara berbisik dari pria itu terdengar ditelingaku "cincin ini, hanya pengikat untuk kau menjadi budak ku" ucap suara itu, aku mengangkat kepalaku, melotot menatap pria yang kini sudah sah menjadi suamiku.

"seharusnya, aku tidak menyetujui pernikahan ini" balasku, merasa terhina karena tatapan mata suamiku. Pria yang baru satu bulan kukenal bernama Raka Albert,Pria yang sialnya entah mengapa aku sukai meskipun hanya mendengar hembusan nafasnya. Ia mencengkram lenganku dengan kasar "kau lihat orang tuamu? Mereka tersenyum bahagia melihat aku menikahimu, tanpa mereka tau bahwa kau hanya akan menjadi istri bayanganku" ucap Raka tegas

Tanpa sadar aku menoleh ke arah orang tuaku, mata Mama menatapku lekat dengan bahasa yang mengancam. Pernikahan ini hanyalah cara halus bagi Mama untuk mengusirku dari rumah. Tatapan tajam dari mamaku seolah-olah mengatakan lakukan saja keinginanku atau kau mati ditanganku. Mamaku berperan sangat besar dalam pernikahan yang terpaksa ini. aku menundukkan kepalaku takut, merasa terintimidasi meskipun hanya menatap sekilas mata beriris almond Mamaku itu.

~Pesta pernikahan berlalu~

Aku terduduk Lesu. Gaun pesta pernikahan masih utuh ku kenakkan. Riasan di wajahku belum kuhapus meskipun malam sudah semakin larut. Mataku menatap pemandangan diluar jendela. Pemandangan kota London di malam hari terlihat indah. cahaya dari pemandangan kota seperti bintang di daratan "hah, aku berakhir disini, hidupku yang malang sepertinya tidak akan berakhir" keluhku sayu.

BRAKKKKKKK,,,,,

Tiba-tiba suara pintu kamar yang dibanting membuyarkan lamunanku, aku langsung berdiri terperangah kaget melihat Raka berciuman dengan seorang wanita. Wanita itu terlihat bernafsu membalas ciuman Raka. aku seperti terjatuh dari gedung yang begitu tinggi "Raka" teriakku marah. Bagaimana bisa suamiku, mencium wanita lain didepan mataku dimalam pernikahan kami. Wanita itu mengenakkan gaun merah yang cukup ketat dengan bagian belakang pungunggnya belahan terbuka.

Tidak peduli bagaimana aku berteriak, Raka dan wanita itu justru semakin larut dalam ciuman mereka. Raka bahkan mendorong wanita itu hingga terjatuh ke atas kasur. Wanita itu mengelus kepala Raka dan memberikan gerakan agresif dan menikmati gairah yang mereka rasakan "Berhenti" teriakku semakin nyaring. Aku mengambil vas bunga yang terletak diatas meja dan membanting Vas itu ke lantai.

Sontak Raka berhenti dan berpaling menatapku. Tubuhku sudah bergetar menahan amarah selangit. Mataku berlinang menatap tajam ke arah Raka. "oh honey, aku tidak tau wanita sialah itu ada disini. kau terlalu membuatku terlena" ucap wanita itu memperbaiki gaunnya, dan menghapus noda lipstick nya yang sudah berantakan. Wanita itu tersenyum angkuh padaku dan berlalu pergi

Raka perlahan menghampiriku, menatapku dengan lekat. Malam itu aku merasa berhak untuk protes. Aku merasa berhak untuk marah, karena Raka suamiku. Aku fikir Raka akan minta maaf ketika melihat air mata mengalir di pipiku. Yang kubutuhkan hanyalah ucapan maaf dari mulut suamiku. Tapi yang kuterima sungguh diluar dugaanku.

Raka menarik lenganku dan mendorong tubuhku cukup keras sampai aku terpekik kesakitan. Aku merasa tubuhku mati rasa menerima perlakuan dari Raka "siapa kau? apa hak mu sampai berani mengangguku? Siapa kau sampai berani membentakku dan membuat kekacauan hah?" bentak Raka. aku yang masih tidak percaya untuk respon Raka yang kuterima, tubuhku yang masih bergetar hebat menerima semua guncangan ini membuatku hanya diam.

Tidak puas dengan satu dorongan Raka kembali mencengkram lenganku dan kembali mendorong tubuhku kasar hingga aku jatuh ke lantai "wanita sialan, hanya karena aku menikahimu di depan semua orang. Lalu kau bertingkah seolah-olah kau istriku yang sesungguhnya?. Amara, sepertinya aku harus membuatmu bangun dari mimpi mu" bentak Raka.

Raka keluar dari kamar begitu saja. tidak ada tatapan mata kasihan dari Raka untukku. aku tidak berdaya dan dengan pasrah menerima semua ini "Arghhhhh" teriakku frustasi terbenam dalam tangisanku. Aku menangisi hidupku yang malang. Aku fikir keluar dari rumah itu akan membuatku bahagia. Aku bahkan sempat jatuh hati ketika melihat senyuman Raka.

Tapi apa yang kuterima tidak lebih ringan dari penderitaan yang lalu. apa hidupku hanya sebuah lelucon?

*********

Aku langsung terbangun ketika mereka menyiram wajahku dengan air. nafasku sesak melihat keadaan sekitar. Raka, dua pelayan dan asisten Raka yang kukenal bernama Jonathan berdiri didepanku. Aku melewati malam yang panjang dengan air mata sampai tertidur lelah dilantai. "wanita seperti ini yang aku nikahi, tidak menghargai waktu sama sekali. kau terlambat untuk bangun? Apa seperti ini kebiasaan di rumah mu?" bentak Raka marah

Aku langsung berdiri menundukkan kepalaku sayu "maafkan aku" ucapku. Raka berdecak kesal dan meminta pelayan untuk membersihkan lantai kamar. Ia berlalu pergi begitu saja setelah menyiramku dengan seember air. "maafkan aku nyonya, silahkan lewat sini untuk membersihkan dirimu" ucap seorang pelayan. Dengan langkah sayu aku mengikuti pelayan itu.

Aku memilih duduk di balkon ruang tamu. Kaca yang cukup lebar memperlihatkan pemandangan kota di siang hari "aku tidak menyangka, akan melihat pemandangan kota, dari gedung termewah dikota ini. apa aku pantas berada disini?" keluhku. Aku kembali teringat saat itu. saat dimana Mama memaksaku untuk menikah.

~Flash back On. Di rumah Amara~

"Apa ini masuk akal? Kenapa Amara menikah mendadak seperti ini? Mama? Apa kau yakin dengan keputusanmu ini?" protes Deliana. ia adik perempuanku, tapi tentu saja kenyataan bahwa Deliana bukanlah adik kandungku hanya diketahui oleh Mama, Ayah dan aku. Peter berdecak kesal, ia juga sudaraku, namun juga bukan saudara kandungku. Deliana dan Peter bisa kukatakan sebagai saudara tiriku. Kenapa?

Diumur 11 tahun, aku menerima kebenaran yang sulit untuk kutelan. Hingga saat ini, ketika usiaku sudah 24 tahun aku tidak pernah bisa melupakan kejadian itu, bagaimana Mama menghardikku usai mencambukku dengan keras. Kesalahan kecil yang kulakukan hanyalah memecahkan piring kesayangan mama ku, dan aku menerima hukuman sepanjang hari.

Mama mengatakan bahwa aku adalah anak hasil perselingkuhan Ayah dengan wanita lain. Aku tau kebenaran ini ketika usia mudaku 11 tahun. Wanita itu kabur meninggalkanku dan membuat Ayah merawatku. Ayahku disegani sebagai pengusaha terkaya di urutan ketiga di kota ini. Mama ku mencintai uang dan harga dirinya, tentu saja ia dengan terpaksa merawatku meskipun aku harus menerima siksaan amarah Mama ku setiap hari.

Rasa sakit dan diriku sudah seperti sahabat. Aku tidak bisa melakukan apapun yang kuinginkan, bahkan aku tidak bisa kuliah seperti gadis-gadis lain. Aku dikurung didalam rumah, bermain dengan Biola dan Pianoku setiap waktu di dalam kamar.

Mama menentang dengan keras, dan membuatku hanya merasakan sekolah hingga SMA. Rumor itu beredar dengan cepat. Mereka bilang, aku wanita gila yang berteriak tanpa sebab. Tapi mereka tidak tau apa yang terjadi dengan mataku, mereka tidak tau apa yang kulihat, mereka tidak tau hal mengerikan seperti apa yang kulihat dengan mataku ini.

Aku dipaksa menikah, dengan pria yang baru kukenal selama satu bulan. Pria dari keluarga terkaya peringkat satu di kota ini. pada akhirnya, ini hanyalah cara Mama mengusirku dari rumah, membuangku hanya untuk bertemu penderitaan baru. Meskipun Mama bersembunyi di balik kata-kata 'demi kebaikanku'.

~Flashback off, Balkon ruang tamu~

"Nona, aku datang" ucap seseorang membuatku tersadar dari lamunanku. Seorang wanita berjas hitam dengan rambut pendek sepanjang leher, ketika ia tersenyum, bibirnya membentuk lengkungan yang manis. "apa kau Jane?. Kau asisten pribadi yang dikatakan oleh Raka padaku?" tanyaku dengan hati-hati. Jane mengangukkan kepalanya mantap "yeah. Aku yang akan menjagamu mulai dari sekarang" jawabnya.

Aku menghembuskan nafas berat. sebelumnya aku tidak pernah memiliki pengawal pribadi. Hanya Deliana dan Peter yang memiliki asisten pribadi, itu karena Deliana kuliah dan peter bekerja sebagai CEO dikantornya. Sementara aku?. Aku dikurung dirumah. Itulah sebabnya aku tidak merasakan mememiliki pengawal.

Dikota ini, memiliki pengawal pribadi itu membuktikan derajatmu yang terhormat. Tidak sembarang orang yang bisa memiliki pengawal pribadi. "berapa usiamu?" tanyaku. Jane tersenyum " 25 tahun, Nona" ucapnya. Aku terperangah mendengar usia yang hanya berbeda satu tahun dariku "kau lebih tua dariku. kau sudah lama bekerja untuk Raka?" tanyaku.

"aku baru bekerja disini selama dua tahun. Dan dengan senang hati aku menjadi asisten pribadimu. Kau berhak memerintahku." Ucap jane. Suasana terasa canggung bagiku. Aku mengganggukkan kepalaku "baiklah. Tapi, daripada pengawal akan lebih baik ikatan diantara kita seperti teman. Aku tidak pernah memiliki teman sebelumnya" aku menghela nafas panjang. Mataku kembali menatap pemandangan diluar jendela. Salju pertama mulai turun, terlihat indah menghiasi langit.

Tanpa terasa, matahari sudah digantikan oleh bulan. Tidak banyak yang kulakukan hari ini. Raka mengirim pesan padaku, dan menegaskan agar aku hanya berdiam diri saja di kamarku "aku bosan sekali" keluhku.

"apa kau ingin sesuatu? aku akan membawakannya untukmu" tanya Jane padaku. aku berfikir sejenak dan mendadak ingin makan icecream rasa coklat dengan taburan kacang Almond. Jane menuruti permintaanku dan berlalu pergi. aku mengambil laptop, dan menyalakannya. Mencari situs film favoritku dan mulai memilih film yang ingin ku tonton.

Lagi-lagi aku dikejutkan dengan suara pintu kamar yang terhempas "dimana jalang itu, kau rupanya jalang sialan" ucap seorang wanita dan langsung menamparku, menjambak rambutku dan menamparku lagi tanpa bisa ku elakkan "siapa kau" teriakku dalam keputus asaan menerima rasa sakit dari tamparan.