Ghita langsung duduk menghadap meja makan hanya menyapa sejenak kedua orang tuanya kemudian langung mengisi mangkok dengan soto Lamongan secukupnya. Tak lama setelah Ghita duduk, Gilang muncul dan duduk di samping Ghita.
Sarapan pagi ini berbeda, tidak ada lagi suara ceria Ghita yang biasa meramaikan meja makan kini hanya diam, dia fokus dengan makuk sotonya tanpa mengeluarkan sedikit kalimatpun. Beberapa kali Gilang dan Dinda pun saling melempar pandangan.
Mereka bertanya-tanya kenapa Ghita terlihat berbeda, tak seperti biasanya yang selalu punya banyak stok kata ajaib yang membuat mereka selalu tertawa, bahkan terkadang membuat mereka bingung harus menjawab apa saat tiba-tiba melemparkan sebuah pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan sembarang saja.
"Ehemmmm," Andi berdehem mencoba untuk mencairkan kekauan dimeja makan.