Ceklek. Pintu terbuka dan menampilkan wajah Gilang yang menatap Dinda dengan heran.
"Amih kenapa, aku lagi di kamar mandi tadi," ujar Gilang dengan membuka pintu selebar mungkin.
Dia memang sudah menyelesaikan sesuatu yang dia siapkan untuk Rini sehingga kapanpun Rini datang. Gilang bisa langsung memberiknnya karena semuanya sudah diap dan terbungkus dalam sebuah kotak kado yang cantik disertai dengan pita berwarna merah.
"Loh, harusnya Abang kenapa dari tadi nggak keluar kamar. Amih kan khawatir," balas Dinda yang justru mengajukan satu pertanyan hingga Gilang pun menggaruk tengkuk dengan wajah meringis karena tidak mungkin mengatakan apa yang sebernarnya dia lakukan sedari tadi.
"Aku hanya ingin di kamar dulu, Amih. Kemarin capek habis olah raga main sepak bola setengah jam pull," ujar Gilang memberi alasan yang tidak sepenuhnya bohong.
"Oh, Amih kira kamu kenapa, Bang."