"Amih, aku nggak akan kemana-mana. Tempatku di sini, bersama Amih," kata Gilang membuat Dinda melepaskan pelukan mereka.
"Abang tidak akan meminta Mamah jemput Abang?" tanya Dinda yang sempat menebak Gilang menyuruh Rini datang untuk menjemputnya dan membawa Gilang ke Brebes. Tempat yang cukup jauh darinya.
Gilang menggeleng, dia bangkit sejenak mengambil tisu yang berada di atas nakas. Diusapnya air mata Dinda yang membasahi wajah cantiknya dengan tisu.
"Aku tidak akan kemanapun tanpa izin Amih," kata Gilang dengan senyuman yang membuat perasaan Dinda begitu nyaman.
"Amih hanya ingin Abang bahagia," balas Dinda di tengah isakkannya.
"Aku bahagia kalau Amih bahagia," jawab Gilang.
Sebuah jawaban yang membuat hati Dinda meleleh seketika. Gilang adalah hadiah terindah yang dititipkan Tuhan padanya meskipun dia bukan darah dagingnya. Gilang memang tak pernah ada di rahimnya, tapi darahnya mengalir dalam tubuh Gilang bersama asi yang Dinda berikan untuknya hingga dua tahun.