Tidak terasa kehamilan Dinda memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah semakin membesar. Gilang dan Ghita kini tidak pernah lagi meninggalkan Dinda sendirian di rumah. Mereka begitu menantikan kelahiran adik mereka.
"Amih, berat nggak sih bawa perutnya," tanya Ghita yang tidak tega melihat perut Dinda yang begitu besar.
Dinda menggeleng dan tersenyum pada putrinya. "Dulu Ghita juga di perut Bunda sembilan bulan."
"Sama Abang juga ya, Mih," tanggal Ghita yang hanya tahu kalau dia memang terlahir kembar bersama Gilang.
Dinda tersenyum,.tidak menggeleng, tidak juga mengiyakan. Kehamilan yang keduanya ini membuat dia sadar kalau Rini berjuang begitu berat demi melahirkan Gilang ke dunia.
Dia tidak ingin terlalu lama menyimpan rahasia ini. Dia sudah siap, apapun nantinya yang akan terjadi,.bahkan jika dia harus kehilangan Gilang yang lebih memilih ikut dengan Rini sekalipun dia akan siap menerimanya.
"Amih kangen sama nenek, kita ke tempat nenek yuk," ajak Dinda pada Ghita.