Semilir angin subuh benar-benar terasa memabukkan. Lantunan adzan yang memabukkan tak juga terdengar. Hingga suara ketukan di depan pintu kamar Andi dan Dinda lah yang membuat mereka terjaga dari nyenyaknya ketenangan melepas lelah di kamar baru mereka.
"Maaf, ya Mbak. Sudah adzan, biasanya minta dibangunkan," kata Astuti saat Dinda membuka pintu kamar mereka.
"Terima kasih, tolong bangunkan anak-anak ya," pinta Dinda pada Astuti.
Dia lalu kembali menutup pintu kamar, kemudian mengikat rambutnya asal sembari menunggu Andi yang sudah terlebih dahulu masuk ke kamar mandi.
Astuti mengetuk pintu kamar Gilang sebelum dia membuka pintu kamar Gilang yang tidak terkunci.
"Bang, Abang bangun. Kita salat dulu yuk bang, sudah masuk waktu subuh." Astuti menepuk-nepuk lengan dan paha Gilang agar dia segera terbangun.
Gilang menggeliat, matanya mengerjap beberapa kali. "Loh, Mak Tuti," ujar Gilang dengan nada heran.
