Dinda kini duduk di samping ranjang Gilang. Jemarinya mengusap pipi Gilang, membuat mata Gilang terbuka merasakan kelembutan tangan yang halus yang begitu ia hapal.
"Amih," gumam Gilang dengan suara yang begitu lirih.
"Iya sayang, maaf ya, Amih semalam gak bisa nungguin kamu."
Mata Gilang berkedip mengiyakan kalimat yang Dinda diucapkan, "Amih aku haus."
Dinda menekan bel yang beada di samping ranjang Gilang, tidak ada minuman atau makanan di ruangan tersebut.
Seorang perawat langsung muncul di ambang pintu dan menanyakan apa yang Dinda butuhkan.
"Gilang haus, Sus," ujar Dinda.
"Sebentar Bu, saya ambilkan minumnya ya." Perawat dengan nama Nina kembali keluar dari ruangan Gilang.
"Sayang mana yang masih sakit?" tanya Dinda, kepala Gilang menggeleng lemah.
Perawat kembali masuk membawakan sebotol air mineral khusus untuk Gilang beserta sedotan agar memudahkan Gilang untuk meminumnya.
"Terima kasih, Sus," ucap Dinda sembari menerima botol yang diulurkan perawat.