Rini menghempaskan napasnya dengan kasar. "Mau kamu apa?"
"Kamu," jawab Gunawan dengan seringai senyum yang dulu sempat membuat Rini begitu tergila-gila.
"Maaf saya sedang tidak berselera untuk bercanda," hardik Rini dengan langkah mundur saat Gunawan berusaha meraih dagu Rini dengan telunjuknya.
"Kamu jual mahalnya sekarang, pada siapa aku harus memesan tubuhmu, Inggit? Karenina atau-."
Plak. Tamparan telapak tangan Rini di pipi Gunawan membuat kalimatnya terpotong.
"Cukup," teriak Rini yang langsung berbalik hendak meninggalkan Gunawan yang mengusap pipinya yang terasa perih karena tamparan keras telapak tangan Rini begitu terasa panas.
"Mas kita pulang, gak usah kita lama-lama di sini," ajak Rini menarik tangan Ikhsan yang sedang duduk memangku Gendis.
"Ada apa?"
"Mamah baik-baik saja?" sambungnya melihat mata Rini yang sudah terlihat berkaca-kaca.
"Pulang, Pah," ulangnya meminta Ikhsan segera membawa Rini pergi secepatnya.