Teti menarik tubuh lemah Rini dalam pelukannya, membiarkan Rini meluapkan tangis kesedihan yang sedang dia rasakan, berharap setelah semua tangisnya tumpah, Rini bisa merasa lebih baik. Menangis mungkin menjadi salah satu cara sedikit mengurai rasa sesek di dada Rini karena terlalu banyak beban pikiran yang selama ini dia simpan sendiri.
"Aku hina Tet, tidak seperti dirimu," keluh Rini di tengah isak tangisnya di pelukan Teti.
"Tidak ada kata terlambat, tidak ada manusia hina selagi ada keinginan untuk bertaubat, yakinlah akan hal itu, Rin," nasehat Rini terus terngiang di pikiran Rini.
Nasehat yang terpatri jelas di otaknya, sehingga ada keinginan yang begitu kuat untuk bisa keluar, menarik diri dan tidak lagi tergoda dengan gemerlap dunia malam yang selama ini membuatnya nyaman.
