Alisa menggeser badannya memberikan jalan untuk Andi mendekati Dinda. Dinda yang masih ragu untuk masuk ke ruangan Andi kini bersandar membelakangi pintu, tanpa sadar kalau sang suami kini sudah berdiri di tengah pintu yang terbuka, tangan kanan Andi meraih jemari sang istri yang sontak langsung membuat Dinda terjengkit kaget melihat ke arahnya.
"A."
"Aku kangen sayang," ucap Andi dengan mata berkaca-kaca. Dia langsung menarik sang istri dalam dekapannya. Air mata bahagia perlahan menetes dari kedua bola mata Andi.
"Maafkan aku A, maaf," gagap Dinda yang membenamkan wajahnya di dada Andi. Dada bidang yang menjadi tempat ternyaman untuk meluapkan segala kegundahan.
Tanpa terasa Alisa dan Mutim ikut mengusap kedua sudut matanya yang berair melihat pemandangan haru di depannya.
"Jangan pernah tinggalkan aku, apa pun alasannya," pinta Andi tanpa melepaskan pelukannya. Dinda yang masih terisak hanya bisa mengangguk.