"Dimana pun."
"Ih aku kok merinding. Kamu nanggepinnya serius banget," protes Ani dengan mengibaskan tangannya.
Dinda menghempaskan napasnya, memaksakan seulas senyum bisa dia tunjukan pada Ani.
"Aku sekarang sendiri mbak. Hanya bawa tas ini, dengan perhiasan dan uang tabungan yang nggak seberapa. Aku modal nekad datang ke sini. Bahkan, menghubungi mbak Ani pun baru terpikir tadi seusai salat subuh," aku Dinda.
"Ya Allah apapun masalah kamu. Aku yakin suamimu, orang tua dan saudaramu pasti heboh nyariin kamu. Panik dan sedih karena menghilangnya seorang Dinda Meizura yang lebih senang kabur-kaburan," sindir Ani yang justru membuat Dinda tersenyum lebar memamerkan cengiran ala iklan pasta gigi yang sering muncul di televisi.
"Ya sudah, kita cari sarapan dulu, nanti aku antar kamu ke pesantren Al Islah. Nggak gratis ya."
"Yah pelit," keluh Dinda.