Saat tiba di lantai tujuh, Grizelle dan Rery lagi-lagi bertemu dengan Levin. Pria yang melihat kedua orang itu lebih dulu segera menyapa dan menghampiri. Ia bahkan merangkul Grizelle dan Rery karena memang pria itu datang dari belakang dan berakhir di sela keduanya.
"Hei! Lepaskan tanganmu!" ucap Rery datar sembari menatap tajam. Nada suara dan sikap yang seperti itu, diketahui oleh Levin bahwa ia sedang kesal.
Tanpa menunggu lama, Levin segera melepaskan tangannya dari pundak Rery. Namun, pria itu lagi-lagi meminta Levin untuk menyingkirkan tangannya.
"Eh? Maksudmu dari Grizelle?" Levin terkejut. Ia tidak menyangka amarah Rery tadi dikarenakan ia merangkul Grizelle.
Setelah Levin menyingkirkan tangannya, Rery mulai menceramahi Grizelle. Dia meminta agar lain kali wanita itu lebih berhati-hati terhadap laki-laki. Apalagi laki-laki yang tidak dikenalnya. Dia juga berkata, jangan mau disentuh, dipandang, apalagi diajak berbincang.
"Hei! Hei! Apa kamu ini ayahnya? Kenapa kamu seperti sedang menceramahi anak gadismu?" ucap Levin sembari melipat kedua tangannya.
"Sudah, abaikan saja dia. Ingat kata-kataku! Abaikan orang asing!" Rery menarik tangan Grizelle untuk menjauhi Levin.
"Apa-apaan orang asing? Aku ini Levin! L-e-v-i-n! Penyanyi terkenal meski kalah terkenal darimu!" Levin berteriak kesal melihat kepergian Grizelle dan Rery. "Dan lihat itu! Jangan mau disentuh? Tapi kamu menggandengnya! Huh, aku benar-benar kesal!"
Lorong yang sunyi, seketika dipenuhi oleh suara Levin. Beberapa orang yang melintas tidak berkomentar. Mereka hanya melihat idola itu dengan tatapan bingung. Selain itu, beberapa orang yang ada di dalam ruangan juga keluar, termasuk dengan rekan Levin.
"Hei! Ngapain teriak-teriak?" ucap pria yang tengah mengintip dari balik daun pintu.
Levin tidak menjawab, ia justru berbalik dan melangkah ke arah yang berlawanan dengan Rery.
Sedangkan Grizelle yang sudah tiba di ruangan Rery, hanya terdiam mengikuti alur sang idola. Bahkan, ketika idolanya memintanya untuk duduk, wanita itu tanpa pikir panjang langsung mengikutinya. Seperti robot yang sudah dikendalikan dengan remote control.
Rery yang duduk di meja rias menyentuh dahinya. Ia menghela napas. "Apa juga yang dilakukan pria itu? Kenapa dia jadi tidak tahu sopan santun!"
Grizelle yang merasa bingung dengan sikap Rery mulai bertanya, "Bos, sebenarnya ada apa?"
"Ada apa? Kamu masih tanya kenapa?" Rery tampak kesal, pria itu berjalan mendekati wanita yang tengah duduk. Ia pun mulai berdiri di hadapannya dan memegang pundak wanita itu. "Ingat ini, jika melihat pria tadi, segera lari! Mengerti? Jika tidak, kamu akan dipecat!"
"Eh?" Grizelle terkejut. Ia tidak menyangka hubungan Rery dan Levin seburuk itu. Bahkan idolanya akan memecatnya jika ia ketahuan bersama Levin.
'Padahal, aku pikir hubungan mereka baik. Bukankah pagi tadi bos juga membelikan kopi?'
"Ba-baik Bos! Aku akan mengingat pesan itu!" jawab Grizelle tegas.
"Bagus!" Rery tampak lega, ia pun berjalan kembali mendekati meja rias. Kini pria itu melihat pantulan dirinya dicermin. Saat sedang menatap kedua bola matanya sendiri, tiba-tiba terbesit di pikirannya.
'Kenapa juga aku melakukan hal ini dan heboh sendiri? Bukankah Levin memang selalu seperti itu pada orang lain? Tapi ... aku cukup tidak rela melihatnya tadi.' Rery mengalihkan pandangan ke arah Grizelle, ia melihat wanita itu dari cermin. Tampak jelas bahwa orang yang sedang dikhawatirkannya sedang bermain ponsel.
Rery yang melihat Grizelle tengah menikmati waktunya tidak ingin mengganggu wanita itu. Ia memilih membaca naskah yang ada di meja, sembari menunggu managernya datang.
Waktu yang tidak terasa terus berlalu, membuat keduanya mulai merasa bosan. Grizelle pun bertanya apakah tidak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan. Tampak jelas dari rautnya, wanita itu tengah jenuh karena tidak melakukan apapun.
"Hah, kalau masih kayak gini sih ga ada yang di kerjakan. Lagi pula aku belum resmi kembali. Kakak sedang mengurusnya. Mungkin besok kamu baru mulai sibuk, karena besok sudah persiapan untuk konser soloku," ucap Rery dengan malas. "Apa kita pulang aja?" tanyanya. Ia menatap Grizelle penuh semangat.
"Apa bo—leh?" Grizelle ragu. Meski Rery belum kembali aktif, tapi baginya ini masih termasuk jam kerja. "Oiya Bos, hampir saja lupa. Setelah ini kita tinggal di mana? Yang pasti bukan di villa itu dan bukan di apartemen saya kan?"
"Ya di mana lagi? Tentu saja apartemenku. Surganya dunia ini." Rery terbahak-bahak sembari memperlihatkan ekspresi kekaguman. Hal itu membuat Grizelle penasaran sebenarnya seperti apa apartemen Rery itu.
"Sudah, ayo kita kembali saja, nanti aku mengirim pesan pada Kakak bahwa kita pergi ke apartemen." Rery segera bangkit dan menatap Grizelle.
Grizelle tetap diam. Dia merasa ragu apakah baik jika kembali ke apartemen sang idola berdua saja. Dia tidak ingin ada berita buruk mengenai idolanya, meski mulai dari saat itu mereka akan kembali tinggal bersama.
Rery menyadari kekhawatiran Grizelle. Ia pun meminta wanita itu untuk tetap tenang, karena apartemennya sangat aman dan tidak akan menimbulkan masalah. Apalagi manager sudah menyetujui hal itu, jadi semua akan baik-baik saja.
Karena sang idola sudah berkata seperti itu, Grizelle pun merasa tenang. Dia akhirnya setuju untuk kembali karena mungkin saja di apartemen Rery lebih banyak hal yang bisa ia kerjakan.
"Oiya, Bos! Bagaimana kita akan pergi ke sana?" tanya Grizelle saat ia ingat datang kemari menggunakan mobil manager.
"Tenang saja, ada satu mobilku di basement." Rery memakai jaket. Ia pun segera keluar dari ruangan, membuat wanita yang masih duduk harus bergegas agar tidak tertinggal.
Kini mereka berjalan berdampingan sembari mengobrol ringan. Grizelle bertanya berapa mobil yang Rery miliki dan dengan cepat pria itu memberitahunya bahwa ia memiliki empat mobil.
"Aku tidak ingin punya banyak mobil seperti idola lain. Empat saja cukup karena aku lebih suka mengkoleksi hal lain," ucapnya.
"Ha-ha-ha, empat itu tidak banyak bagimu, Bos? Jangankan empat, satu saja aku tidak punya," sahut Grizelle santai.
"Untuk apa punya? Lagi pula bosmu ini kan satu dan mobilnya empat, kamu bisa meminjamnya satu. Tidak masalah buatku."
"Iya, terserah katamu saja, Bos!"
Begitu tiba di basement, Rery segera mengajak Grizelle untuk naik mobilnya. Ketika kedua sabuk pengaman sudah terpasang. Mobil berwarna merah itu pun segera melaju.
Jalanan saat itu lumayan senggang, Rery mengendarai mobilnya dengan santai. Sedangkan Grizelle sibuk melihat sekita rmelalui kaca mobil.
"Wah, lain kali aku harus berkeliling. Sudah lama aku tidak jalan-jalan," ucap Grizelle saat menyadari keramaian yang ada tampak begitu menyenangkan.
"Ya, kamu bisa jalan-jalan saat sedang libur. Jangan berharap jalan-jalan dalam waktu dekat, karena kamu akan sangat sibuk," sahut Rery.
Grizelle terkejut karena Rery mendengar ucapannya tadi. Wanita itu hanya menatap sang idola beberapa detik tanpa berkata apapun, hingga akhirnya ia kembali melihat ke jalanan.