Lanjutan dari chapter sebelumnya.
Rudy dan Dina masih duduk di sofa dan saling berhadapan dalam keheningan.
Saat ini, Dina masih berusaha memahami semua hal yang Rudy katakan sebelumnya, dan setelah dia menyelesaikan semua pemikirannya, Dina pun kembali melanjutkan pembicaraan mereka yang sempat terhenti tersebut.
"Apa maksudnya perkataan Kamu? Terus ini kalung buat apaan, Saya benar-benar tidak mengerti arah dari pembicaraan ini?" Dina membuka pembicaraan tersebut dengan rentetan pertanyaannya.
"Ehm ini. . . Yah, seperti yang Saya katakan sebelumnya, pekerjaan yang akan Saya ambil itu mengharuskan Saya untuk pergi dalam waktu yang cukup lama. Uhmmm, atau lebih tepatnya Saya tidak tahu kapan Saya akan kembali!", Rudy menjawab pertanyaan Dina dengan suara yang agak pelan, "Dan kalung itu Saya berikan kepada Kamu buat jaga-jaga kalau nantinya Kamu terlibat dalam masalah, dan saat Kamu tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa nantinya, maka gunakanlah kalung ini.", Rudy terus berbicara sambil meraih lagi kalung tersebut, dan menunjukan sebuah kartu chip yang ditempatkan dengan rapi di bagian belakang dari liontin kalung tersebut.
"Aktifkan lah kartu ini di handphone Kamu jika nanti Kamu dalam bahaya. Nomor ini sudah otomatis tergabung dalam Group Kontak Anggota Organisasi lainnya. Yah, semua kontak lainnya juga akan otomatis mendapatkan sinyal pemberitahuan apabila salah satu dari chip ini diaktifkan. Jadi, nantinya Kamu bisa menghubungi mereka atas nama Saya dan Saya pastikan mereka semua akan membantu Kamu!" Rudy terus melanjutkan penjelasannya dengan nada yang meyakinkan. Tapi, Dina masih terdiam dengan semua pikiran yang mungkin membuatnya sedikit kebingungan.
Hal itu terlihat jelas dari raut wajah dan tatapan matanya yang semakin redup, seolah itu akan padam kapan saja.
"Yah, itu kan menurut perkiraan paling buruk Aku, Din? Hehehehe. Atau gini deh. Anggap aja Aku nitipin kalung itu ke Kamu. Terus pas Aku pulang, Aku ambil lagi kalungnya, Gimana?" Rudy kembali berbicara dengan nada yang agak santai, karena dia tahu keadaan Dina yang mungkin agak terguncang sekarang.
Rudy berusaha mencoba untuk mencairkan suasana suram ini, bermaksud untuk menenangkan Dina. Tapi tetap saja Dina masih terdiam dalam kebisuannya.
Yah, mungkin saat ini dia masih berusaha untuk menyatukan pikirannya kembali, dan waktu pun terus berjalan.
Sekitar 15 menit telah berlalu.
Akhirnya Dina pun mulai kembali membuka mulutnya, dia mencoba memulai kembali pembicaraan mereka yang sekali lagi sempat terhenti.
"Ok, Aku gak bakal nanya ke Kamu lagi tentang masalah ini. Intinya Kamu bakal bekerja ke luar Kota dan Aku bakal nunggu Kamu pulang sambil jagain kalung ini, ya kan?" Rudy hanya diam-diam menganggukkan kepalanya, dan Dina melanjutkan, "Dan kalo Kamu gak juga pulang-pulang, paling Aku bakal datang ke rumah orang tua Kamu lalu membujuk mereka buat bantu Aku mencari Kamu nanti?" Dina terus melancarkan argumen-argumennya yang tidak bisa terbantahkan itu! Dan jelas, hal ini membuat Rudy yang biasanya tidak pernah kaget menjadi terkaget karenanya.
Rudy pun berniat untuk membalas argument-argument yang tidak masuk akal ini.
"Hhhmmm, Kamu buat kesimpulan gitu dari mana, sih? Aku pasti pulang, oke! Jadi Kamu gak usah nyusul atau cari Aku, Kamu itu perempuan, cukup duduk manis aja gak usah mikir yang macam-macam, Aku yang bakal datangin Kamu nanti, Janji!" Rudy telah kehabisan cara untuk menentang argumennya Dina. Dan dia pun terpaksa membuat janji. Yah. Sebagai seorang pria sejati jelas Rudy akan berusaha untuk tetap menepati janjinya tersebut.
"Ok, karena sekarang udah malam, Kamu mau pulang atau nginap disini, Din? Kalo mau pulang, ya sekarang Aku antar. Tapi kalo mau nginap, ya tidur aja dikamar tamu sana. Aku mau nyantai dulu malam ini di pondok belakang. Nggak bisa diganggu, ok?" Rudy melanjutkan dengan bertanya kepada Dina, dia juga memberitahukan tentang hal-hal yang akan dilakukannya malam ini.
Rudy ini memang sering bermeditasi di pondok belakang rumahnya untuk menjernihkan hati dan pikirannya, sekalian melatih Aura energinya juga.
Saat ini energi di dalam dirinya sudah cukup kuat untuk membuat fenomena yang dapat mempengaruhi keadaan udara disekitarnya
Lanjut...
Menanggapi perkataan Rudy, Dina hanya menganggukkan kepalanya.
Yah, intinya Dina malam ini akan menginap dirumahnya Rudy.
Setelah obrolan penting sebelumnya selesai, mereka berdua pun lanjut menonton Tv sambil bercakap-cakap seperti biasa.
Tak terasa jam pun telah menunjukan pukul 23:00.
Kemudian Rudy pun bangkit dari sofa dan berbicara kepada Dina.
"Din, Aku duluan yah? Mau ke pondok dulu, ehm. Kamu santai aja anggap seperti rumah sendiri, pokoknya terserah Kamu deh mau ngapain juga. Hehehhe." Setelah selesai mengatakan hal itu, Rudy berjalan menuju ke arah teras belakang sambil tertawa ringan.
Dia meninggalkan Dina yang masih duduk di sofa sendirian. Lalu setelah Rudy sudah tidak kelihatan lagi, Dina pun menghela nafasnya.
Kemudian dia bergumam dengan nada yang pelan.
"Huuhhhh, Rudy, Rudy. Mau sampai kapan Kamu bertahan dengan prinsip hidup Kamu yang aneh itu, heemmmm!"
Yah.
Sebenarnya sudah dari SMA Dina ini menyukai Rudy. Tapi, Dina tidak pernah tahu bahwa sebenarnya Rudy juga meletakan perasaan lebih terhadapnya. Yah, Rudy memang selalu peduli dan menuruti semua keinginannya Dina, tapi Dina malah berfikir kalau Rudy hanya menganggap dirinya sebagai kakak perempuan baginya.
Hemmmmmm. . . sebenarnya yang salah paham disini cuma Dina nya saja. Karena Rudy sendiri tahu dengan pasti kalo sebenarnya Dina memang memendam perasaan lebih terhadapnya. Dan sayangnya Rudy masih belum siap menerima tanggung jawab seperti itu sampai sekarang.
Rudy memang berharap bahwa kelak dia akan bertemu dengan cinta sejatinya. Yah, mungkin dia akan menemukan figur wanita yang diimpikannya itu di masa depan nanti, Ehem. Walaupun masih harus diragukan wanita tersebut akan berasal dari golongan mahluk seperti apa nantinya. Hehehe. Yah, hal itu hanya Tuhan lah yang tahu.
Ok, lanjut...
Jam pun telah menunjukan pukul 01:00 dini hari. Saat ini semua ruangan di rumah Rudy sudah gelap. Dina juga sepertinya sudah tertidur pulas di kamar tamu, sementara Rudy sendiri, saat ini dia sedang duduk bersila di pondok belakang rumahnya.
Tidak ada pergerakan sedikitpun yang dia lakukan saat ini, hanya sebuah gelombang aura panas yang memancar kuat dari tubuhnya, itu layaknya api besar yang sedang berkobar melahap semua hal yang ada disekelilingnya!
Rudy terus melanjutkan meditasi nya sampai pagi hari tiba. Dan pada pagi harinya, Rudy kembali melakukan latihan fisik seperti biasanya.
waktu pun berlanjut, dan rencananya siang ini Rudy akan pulang ke rumah orang tuanya, dan sepertinya Dina juga bakal ikut bersama dia.
Yah, Dina juga berniat untuk sekalian menjenguk Ayah dan Ibunya di rumah bersama Rudy, soalnya rumah keluarga Dina dan Rudy itu saling berdekatan.
Lanjut...
Saat siang mereka berdua pun berangkat menuju ke kota kelahiran mereka, dan begitulah Kegiatan hari ini pun berakhir begitu saja.
Keesokan harinya...
Hari ini adalah hari dimana Rudy akan melangkahkan kakinya menuju tempat dimana petualangannya itu mungkin akan benar-benar dimulai. Mungkin?
Bersambung...