Hari itu tiba. Hari dimana penantian jadi hal yang harus dilakukan. Apakah hari itu juga dinantikan kedua orang itu?
"Sejak aku bertemu dengannya, hanya kebencian yang kurasa, dalam sekian bulan, takdir memerjalankanku menikah dengannya. Ya Rabb, apakah ini yang terbaik?"
"Nak... kamu sudah siap?"
"Iya, Bu."
"Niken dimana?"
"Tadi dia di belakang, Bu. Mungkin bentar lagi kesini."
Baru saja dikatakan, perempuan berwajah ceria itu hadir dengan senyum sumringahnya.
"Naya! Aku akan di sampingmu."
"Bu..." sapa Niken sambil mencium tangan Ibunya Naya.
"Nak... doakan Naya, yah?" pinta Kinanthi.
"Iya, Bu. Aku akan selalu doain Naya yang terbaik."
Dari jarak beberapa meter, suasana meriah memenuhi pandangan mata Naya. Berbagai tamu datang menyambut hari pernikahan itu. Hari pernikahan dua orang yang sama sekali tak tertebak akan menikah.