"Nggapapa, Nak. Ibu juga baik-baik aja. Tadi cuma jatuh dan agak sulit bernapas. Tapi sekarang sudah sehat. Rahsa lihat sendiri, 'kan?"
Rahsa tersenyum. Setelah beberapa saat membantu Ibunya meminum obat.
"Maafin Rahsa ya, Bu. Belum bisa jaga Ibu dengan baik. Rahsa selalu pergi pagi pulang petang. Tak ada di samping Ibu."
"Ibu yang minta maaf, Nak. Karena Ibu, kamu jadi yang harus bekerja.Sekali lagi maafin Ibu ya, Nak."
Rahsa menggelengkan kepala. Memeluk tangan Ibunya. Erat.
"Nak, di bawah laci sana masih ada barang kesukaan Ibu saat usia Ibu sepertimu. Nenek yang mengajari Ibu merajut, membuat kue, boneka kecil, dan benda kerajinan lainnya. Siapa tau kamu suka. Ibu titip sama kamu ya, Nak?"
Rahsa mengangguk.
"Masih ingat cara merajut?"
"Masih, Bu. Tapi perlu waktu lama. Ibu kan tau, Rahsa pulangnya jam segini. Mungkin agak sulit, tapi Rahsa akan coba."
"Jangan dipaksain, Nak. Di sana ada bahan lain. Kamu bisa coba semaumu. Makasih ya, sayang." Ibunya tersenyum.